ARLI Keluhkan Minimnya Serapan Rumput Laut Petani oleh Industri

Oleh : Ridwan | Kamis, 25 Januari 2018 - 17:20 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menilai serapan rumput laut petani oleh para pelaku industri pengolahan dalam negeri masih rendah. Hal tersebut dikarenakan daya saing industri lokal yang masih harus ditingkatkan.

"Bahan baku rumput laut banyak tersedia, kita salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia. Namun sejauh ini memang banyak diekspor, masih kecil diserap oleh industri lokal," ungkap Safari Azis seusai di Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Kamis (25/1/2018).

Ia menambahkan, industri pengolahan dalam negeri harus mampu meningkatkan daya saingnya dan mendukung pengembangan komoditas rumput laut tidak hanya dari sisi hilirnya saja, tetapi juga mulai dari sektor hulunya.

"Harmonisasi hulu hilir harus terjaga. Kita tentu mengharapkan hilir bisa menyerap, namun ternyata kemampuan untuk itu masih kecil, sehingga pelaku rumput laut lebih banyak mengekspornya ke luar karena Industri negara lain lebih siap menyerap rumput laut petani lokal," ujarnya.

Menurutnya, pelaku industri pengolahan lokal harus mampu bersaing dan menyesuaikan pula dengan harga yang berlaku di pasar internasional. "Saat ini harga di dunia sudah transparan, para petani pun sudah tahu dan dapat dengan mudah mengaksesnya," kata Safari.

Selain itu, tambahnya, industri pengolahan perlu memperhatikan ketersediaan persediaan bahan baku (inventory/buffer stock) untuk kurun waktu tertentu untuk menjaga kelangsungan proses produksi dan berinovasi dalam menghasilkan produk-produk yang berstandar internasional, sehingga bisa diterima dengan baik oleh pasar domestik maupun luar negeri.

"Bila industri pengolahan kita berdaya saing, harusnya mereka bisa bersaing dengan negara lain mendapatkan bahan baku yang berlaku di pasar," ucapnya.

Menurutnya, saat ini Indonesia harus siap menjadi bagian dari global value chain (rantai pasok dunia), sehingga pihaknya berharap agar pemerintah lebih tepat dalam mengeluarkan kebijakan dengan memperhatikan aspek fundamental ekonomi daerah.

"Di bagian hulu, petani dan pembudidaya harus mendapat perhatian karena selama ini sangat berperan pada kesejahteraan daerah pesisir. Dengan ekspor, komoditas Rumput laut juga banyak menghasilkan devisa bagi negara, ini juga harus menjadi pertimbangan. Pemerintah tidak harus selalu menitikberatkan pada sektor hilir atau pemodal," imbuhnya.

Pemerintah, lanjut safari, berperan penting dalam upaya harmonisasi hulu hilir. Pihaknya berharap agar pemerintah dapat melindungi keberlangsungan budidaya dan produksi rumput laut sinergis dengan upaya hilirisasi dan peningkatan daya saing industri pengolahan dalam negeri.

"Pemerintah bisa memberikan insentif khusus terhadap industri, menghilangkan ekonomi biaya tinggi juga. Industri pun sebaiknya meningkatkan teknologi pengolahan agar lebih efisien, menyiapkan SDM yang handal serta menciptakan jaringan pemasaran yang lebih baik," lanjutnya.

Ia mengatakan, bahkan sebaiknya industri dalam negeri mulai merintis kebun inti atau lebih aktif menjalin kemitraan dengen plasma untuk kepastian bahan baku karena lahan untuk pengembangan budidaya masih terbentang luas.