Persaingan Industri Farmasi Mengetat, KLBF Direkomendasikan HOLD

Oleh : Abraham Sihombing | Jumat, 19 Januari 2018 - 10:24 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Tim riset PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan HOLD terhadap saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Pasalnya, perusahaan farmasi tersebut kini sedang menghadapi tantangan ekonomi dan ketatnya kompetisi bisnis di sektor farmasi.

Menurut tim riset tersebut, hal tersebut bermula dari rencana pemerintah yang akan meningkatkan penetrasi sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hingga 100% bagi seluruh penduduk Indonesia pada 2019 mendatang.

Kebijakan tersebut dinilai bakal mendorong peningkatan permintaan pasar terhadap obat generik tak bermerek. Disamping itu, pada program JKN, resep obat bagi peserta JKN didominasi oleh obat generik tanpa merek dibandingkan dengan obat paten.

Tentunya, kondisi tersebut sungguh tidak menguntungkan Kalbe Farma karena marjin obat generik relatif lebih rendah dibandingkan obat-obatan jenis lainnya. Karena itu, manajemen Kalbe Farma memperkirakan marjin laba kotor unit usaha farmasi akan tertekan.

Pasalnya, kontribusi pendapatan dari unit usaha farmasi Kalbe Farma yang berasal dari obat generik tidak bermerek diperkirakan terus meningkat. Sepanjang Januari-September 2017, kontribusi tersebut sudah meningkat menjadi 16,9% dibandingkan periode yang sama pada 2016 yang masih sebesar 15,2%.

Karena itu, tim riset terebut memperkirakan pendapatan KLBF akan naik 8% pada 2018. Sedangkan marjin laba kotor dari unit farmasi diperkirakan akan turun menjadi 56% pada 2018 dibandingkan pada periode per September 2017 yang masih sebesar 56,5%.

Ketatnya persaingan usaha dan penurunan daya beli telah menekan bisnis produk consumer health perseroan. Produk minuman berenergi, yang besarnya 23% dari produk consumer health Kalbe Farma, dan produk-produk minuman ringan, yang hanya 7% dari produk consumer health perseroan, dari awal 2018 hingga kini masih belum terlihat tumbuh.

Akan tetapi, unit usaha produk-produk nutrisi terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada 2017. Per September 2017, penjualan dari unit usaha ini naik 9,5% dibandingkan periode yang sama pada 2016. Sementara itu, susu bubuk Kalbe Farma dapat mempertahankan peningkatan pangsa pasarnya yang tumbuh 13% per September 2017.

Sementara itu, bisnis distribusi Kalbe Farma, menurut tim riset tersebut, diperkirakan akan ditopang oleh munculnya sejumlah rumah sakit baru dan perseroan akan merambah ke produk-produk medis habis pakai.

Tim tersebut juga berpendapat, pemangkasan marjin seperti itu akan terus berkurang karena sebagian segmen obat khusus dapat mengimbangi penurunan marjin, kendati kontribusinya masih kecil sekali.

Disamping itu, menurut tim riset tersebut, proyeksi analis dan ekonom bahwa kurs rupiah terhadap dolar AS akan stabil di level Rp13.500 per unit dan fakta bahwa struktur biaya perseroan didominasi oleh dolar AS akan mengurangi kecemasan terhadap marjin yang tertekan itu. Karena itu, laba bersih KLBF tahun ini diprediksi hanya tumbuh 3,7%.

Kondisi tersebut akan mendorong harga saham KLBF ke depan yang ditargetkan Rp1.850 per unit. Itu mengindikasikan PE Ratio sebesar 38,5 kali pada 2017 serta sekitar 34,5 kali pada 2018. Target harga tersebut lebih tinggi 8,82% dibandingkan sebelumnya sebesar Rp1,700,

Kendati tantangan kondisi ekonomi dan mengetatnya persaingan di sektor farmasi akan menghambat kinerja perseroan, demikian tim riset tersebut, tetapi ekspansi yang agresif dan efisiensi biaya yang dilakukan Kalbe Farma diperkirakan bakal terus-menerus dapat menopang pertumbuhan laba dalam jangka menengah. (Abraham Sihombing)