Niat Bangun Pabrik di Meksiko, Saham Toyota Turun 3 Persen di Bursa Tokyo

Oleh : Abraham Sihombing | Jumat, 06 Januari 2017 - 10:43 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta – Produsen mobil Jepang, Toyota, akan membangun pabrik baru di Meksiko. Namun harga sahamnya di bursa Tokyo, Jepang, Jumat (06/01/2017) ini anjlok 3%. Itu karena Donald Trump, Presiden Amerika terpilih, mengancam akan memberlakukan pajak impor yang tinggi bagi produk-produk Toyota jika membangun pabrik di luar Amerika Serikat.
 
Menurut laporan AFP, Jumat (6/1), harga saham Toyota langsung tergerus 3,11% pada pembukaan perdagangan. Tetapi 30 menit kemudian, harga saham tersebut hanya susut 2,21% menjadi 6.893 yen per saham. Kondisi tersebut turut menekan harga saham otomotif lainnya, yakni Honda turun 2,01% menjadi 3.497 yen dan Nissan tergerus 2,08% menjadi 1.174,5 yen.
 
Trump menghimbu agar Toyota membangun pabrik otomotif di Amerika Serikat. Itu sejalan dengan janji Trump dalam kampanyenya yang akan membuka kembali lapangan kerja di sektor manufaktur Amerika. Karena itu, Trump tidak setuju jika Toyota membangun pabrik di Meksiko. “Hanya ada dua pilihan, bangun pabrik di Amerika atau bayar pajak yang tinggi,” ujar Trump.
 
Selain karena ancaman Trump, harga saham Toyota dan saham-saham berorientasi ekspor lainnya di bursa Tokyo juga mengalami penurunan akibat depresiasi dolar AS terhadap yen. Pasalnya, depresiasi tersebut dapat memangkas profitabilitas mereka. Pada Jumat pagi, kurs dolar AS terus terdepresiasi menjadi 115,47 yen di Tokyo dibanding 115,89 yen pada Kamis, bahkan terlihat turun tajam jika dibandingkan pada Rabu sebesar 118,12 yen.
 
Ketika menanggapi pernyataan Trump tersebut, pihak Toyota mengungkapkan,” Kami akan terus berkerjasama dengan pemerintahan Trump untuk melayani kepentingan konsumen dan industri di Amerika Serikat. Volume produksi dan pekerjaan di Amerika Serikat tidak akan berkurang sebagai akibat dari pembangunan pabrik baru kami di Guanajuato, Meksiko.”
 
Saat ini, Toyota mempekerjakan 136.000 buruh di Amerika Serikat dan mempertahankan 10 fasilitas manufaktur di negara Paman Sam tersebut.***