INDEF: Porsi Industri Tahun Ini Terbilang Rendah Sejak Era Reformasi

Oleh : Ridwan | Kamis, 28 Desember 2017 - 15:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Pertumbuhan industri nasional di tahun 2017 mengalani perlambatan sehingga diproyeksi tumbuh rata-rata 4 persen atau dibawah pertumbuhan industri yang mencapai 5,05 persen.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara saat dihubungi INDUSTRY.co.id di Jakarta, Kamis (28/12/2017).

Selain itu, Bhima menyayangkan share industri manufaktur terhadap PDB pun terus menurun hingga di bawah 20 persen.

"Porsi industri tahun ini terbilang paling rendah sejak era reformasi. Deindustrialisasi ini membahayakan," ujar Bhima.

Menurutnya, faktor yang membuat kinerja industri lesu dipengaruhi oleh lemahnya daya beli masyarakat khususnya kelas menengah kebawah.

"Konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh 4,9 persen," terangnya.

Dari sisi insentif, lanjutnya, 16 paket kebijakan pun dampaknya belum dirasakan oleh pelaku industri. "Harga gas murah, tax allowance dan tax holiday implementasinya masih belum optimal," tegas Bhima.

Bhima menambahkan, proyek infrastruktur dinilai minim dampak ke penyerapan hasil industri. "Buktinya kondisi semen masih oversupply, industri logam dasar juga masih melambat," katanya.

Bhima berharap di tahun 2018 pertumbuhan sektor industri bisa diatas 5 persen, hal ini didorong oleh tahun politik dan naiknya daya beli serta perbaikan ekspor barang jadi.

"Sektor industri pengolahan makanan minuman, pengolahan tembakau, alas kaki dan tekstil jadi penopang perbaikan industri tahun depan," pungkasnya.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada tahun 2018 sebesar 5,67 persen.

Capaian ini akan dipacu oleh semua subsektor terutama industri logam dasar, makanan dan minuman, alat angkutan, mesin dan perlengkapan, farmasi, kimia, serta elektronika. Selain itu didukung pula pembangunan kawasan industri di berbagai daerah di Indonesia.