PT Bukit Asam Masuki Bisnis Gasifikasi

Oleh : Herry Barus | Selasa, 05 Desember 2017 - 08:06 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- PT Bukit Asam Persero Tbk (PTBA) menjajaki pengembangan bisnis gasifikasi dengan sejumlah investor di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

"Pengembangan bisnis gasifikasi PTBA sejalan dengan arahan Menteri BUMN Rini Soemarno yang mendorong penciptaan nilai tambah batu bara," kata Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (4/12/2017)

Gasifikasi adalah pengubahan batu bara dan sebagainya menjadi bentuk gas yang mempunyai nilai kalori rendah, sedang, atau tinggi.

Menurut Harry, gasifikasi dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.

Dijelaskan energi yang dihasilkan dari gasifikasi batu bara dapat dipakai untuk pabrik pupuk maupun petrokimia.

Dijadwalkan pada tahun 2022 pabrik tersebut dapat beroperasi penuh.

"Pengembangan proyek gasifikasi ini bagian dari langkah cepat perusahaan terutama setelah terbentuknya Holding BUMN Tambang yang membawahi PTBA, PT Timah, PT Aneka Tambang dan Freeport Indonesia," kata Harry.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PTBA Fuad Fachroeddin mengatakan, saat ini perusahaan sedang menyelesaikan studi kelayakan termasuk menghitung berapa besar pembiayaan yang dibutuhkan.

Ia menuturkan, sesuai dengan rencana gasifisikasi tersebut akan menghasilkan selain gas untuk keperluan pembangkit listrik, untuk menghasilkan produk turunan yaitu dymethyl ether (DME), pupuk urea, dan propylene.

"Pada tahap awal kapasitas produksi masing-masing produk turunan tersebut sebesar 450.000 ton per tahun," kata Fuad kepada awak media.

Pihak yang bekerjasama dalam gasifikasi tersebut antara lain Pertamina dan Pupuk Indonesia dan termasuk Chandra Asri.

Meski begitu, Fuad tidak memerinci nilai dan sumber dana investasi yang dibutuhkan perusahaan dalam gasifikasi tersebut karena alasan masih dalam tahap pembahasan.

Ia hanya menjelaskan, bahwa dalam mengembangkan bisnis gasifikasi batu bara tersebut dibutuhkan teknologi tinggi.

"Teknologi yang akan digunakan juga sedang dikaji, apakah menggunakan teknologi asal Jerman ataupun China," ujarnya.