CIEP Konferensi Politik Luar Negeri Terbesar di Dunia

Oleh : Hariyanto | Rabu, 18 Oktober 2017 - 19:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengklaim Konferensi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia 2017 (CIFP) yang akan diadakan pada Sabtu (21/10) merupakan konferensi mengenai politik luar negeri yang terbesar di dunia.

Konferensi ini dipandang sebagai konferensi politik luar negeri terbesar di dunia secara umum, dalam arti di Amerika Serikat, kalau ada 'conference' mengenai US Foreign Policy (Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat) tidak akan mungkin sebesar CIFP, di Tiongkok kalau ada konferensi mengenai Chinese Foreign Policy (Kebijakan Politik Luar Negeri Tiongkok) tidak mungkin sebesar ini, begitu juga di Jepang, katanya kepada awak media dalam pengarahan tentang Konferensi Politik Luar Negeri 2017 di Jakarta, Rabu (18/10/2017)

Konferensi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia yang ke-3 ini akan mengangkat tema "Win-Winning ASEAN, Conquering Globalization". Konferensi ini menyoroti 50 tahun berdirinya ASEAN (Persatuan Negara-Negara Asia Tenggara) dan globalisasi.

"Karena tahun ini adalah 50 tahun ASEAN dan ini adalah masa atau momen di mana kita perlu merefleksikan perjalanan ASEAN 50 tahun ke belakang dan ke depannya, 50 tahun ke depan akan ke mana ASEAN ini mengarah," ujar mantan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia itu.

Sementara itu, Dino yang juga mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat menuturkan globalisasi menjadi pilihan tema karena tahun ini globalisasi kembali mencuat menjadi isu global an politik di banyak negara.

"Kita harus pikirkan arah globalisasi ke depan bagaimana, jika kita salah membaca arah globalisasi maka kita juga salah melangkah," tuturnya.

"Internasionalisme itu berarti kita nasionalis tapi kita melihat dunia sebagai peluang. Kita ingin menjadi pemain internasional yang disegani dan yang bisa membuat dunia lebih baik," ujarnya.

Menuritnya, semangat internasionalisme merupakan bagian dari tradisi politik luar negeri Indonesia.

"Jadi politik luar negeri tanpa internasionalisme, tanpa ada semangat itu, politik luar negeri itu akan hampa, dan nasionalisme kita pun tanpa punya semangat internasionalisme akan menjadi nasionalisme yang tidak lengkap," katanya.

Sebanyak 6.500 peserta baik dari dalam maupun luar negeri telah mendaftar untuk mengikuti konferensi itu.

"Konferensi ini benar-benar ajang pertemuan yang sangat akar rumput," tuturnya.

Pada konferensi tersebut, sejumlah diskusi dengan berbagai sub-tema akan dibahas di antaranya pemimpin daerah akan berbicara mengenai strategi daerah meraih peluang global dan beberapa perwakilan dari negara-negara yang dipandang sukses dalam menghadapi globalisasi akan bercerita tentang cara, pengorbanan dan strategi untuk bisa sukses menyikapi globalisasi.

Selain itu, ada juga diskusi-diskusi mengenai perdagangan bebas, Laut China Selatan, dan anti nasionalisme di abad ke-21.

Kemudian, sejumlah perwira Pasukan Perdamaian Indonesia akan bercerita suka dan duka menjaga perdamaian di medan konflik dunia seperti di Libanon, Sudan dan Kongo.

Karena operasi menjaga perdamaian dunia itu adalah salah satu bagian penting dari politik luar negeri Indonesia, ujarnya.

Konferensi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia 2016 dihadiri oleh sekitar 6.000 peserta dari dalam dan luar negeri.

Konferensi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia adalah festival diplomasi yang mempertemukan pejabat, duta besar, diplomat, politisi, selebriti, pengusaha, tokoh masyarakat, kalangan militer, intelijen, peneliti, pakar, wartawan, pengamat, dosen, mahasiswa dan lain-lain.

FPCI merupakan organisasi nirlaba non- pemerintah yang berdiri pada 2014 dan berkecimpung dalam bidang hubungan internasional Indonesia. (Ant)