Inaplas: Harga Gas Industri Saat Ini Mencekik Leher

Oleh : Ridwan | Senin, 09 Oktober 2017 - 16:58 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta-Wakil Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (INAPLAS), Suhat Miyarso mengatakan, industri petrokimia menagih realisasi punurunan harga gas yang telah dijanjikan pemerintah sejak tahun 2015 lalu.

"Industri petrokimia saat ini membeli gas industri antara US$ 9,18-9,45 per MMBTU. Ini sangat membebani dan semakin mencekik leher kami" ujar Suhat seusai acara konferensi pers penurunan harga gas bumi di Jakarta, Senin (9/10/2017).

Ia melanjutkan, dengan harga gas yang mencapai US$9,45 per MMBTU membuat produk dalam negeri akan semakin mahal. "Kondisi ini yang dimanfaatkan oleh negara-negara lain seperti Tiongkok,  Thailand dan Singapura untuk mengambil pasar domestik dikarenakan produk mereka yang relatif murah harganya," tegasnya.

Selain itu, lanjut Suhat, dengan tingginya harga gas di Indonesia akan semakin menghambat investasi baru di sektor industri petrokimia. "Dengan kondisi ini akan sulit bagi Indonesia menarik investasi asing industri petrokimia," kata Suhat.

Lebih lanjut, Suhat mengungkapkan, harga minyak dunia saat ini yang masih relatif rendah memberi keuntungan tersendiri bagi industri petrokimia nasional. "Dengan harga minyak dunia saat ini, industri petrokimia masih mempunyai margin yang cukup baik, tetapi kondisi ini tidak berjalan setiap waktu," ucapnya.

Selain itu, tambahnya, industri petrokimia saat ini juga menggunakan gas untuk bahan baku terutama di industri pupuk dan turunannya. "Untuk industri pupuk harga gas kita beli sebesar US$ 7 per MMBTU. Dengan harga itu sangat sulit bagi mereka untuk memproduksi pupuk dengan harga yang bisa bersaing dengan negara-negara lainnya," tambah Suhat.

Menurutnya, industri petrokimia bisa memanfaatkan gas sebagai bahan baku namun, butuh proses yang sangat panjang. "Untuk bisa dijadikan bahan baku industri petrokimia, harga gas yang sesuai antara US$ 3-3,5 per MMBTU, saat ini masih US$ 9 per MMBTU. Artinya, harga ini tidak memungkinkan industri petrokimia menggunakan gas sebagai bahan baku," imbuh Suhat.

Suhat berharap pemerintah bisa mengatur harga gas untuk industri, sehingga bisa sesuai dan menjadi bahan baku industri petrokimia.