Saham Emiten Transportasi Darat Belum Direkomendasikan BELI

Oleh : Abraham Sihombing | Selasa, 27 Desember 2016 - 12:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Maraknya transportasi murah, apalagi yang berbasis online, mengakibatkan kinerja emiten-emiten sektor transportasi darat berbasis taksi, yaitu PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), mengalami kerugian yang cukup besar pada 2016. Bukan taksi saja, hal tersebut juga dialami oleh emiten transportasi darat berbasis bus, yaitu PT Eka Sari Lorena Tbk (LRNA) dan PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk (CPGT).
 
Menurut Edwin Sebayang, Head of Research and Analyst PT MNC Securities, hal itu disebabkan oleh belum membaiknya daya beli masyarakat yang diindikasikan oleh pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih mendatar pada tahun depan. “Disamping itu, untuk jarak jauh, maka emiten-emiten transportasi bus tersebut untuk jangka panjang harus bersaing dengan harga-harga tiket pesawat murah,” ujarnya di kantor MNC Securities, Selasa (27/12).
 
Bahkan, menurut Edwin, semakin maraknya bisnis transportasi berbasis online, maka akan terus menggerus bisnis transportasi darat konvensional. Kendati manajemen terus melaksanakan perbaikan, tetapi langkah itu sudah terlambat. Jika mereka juga berupaya membuat aplikasi baru, namu hal itu baru dapat dirasakan hasilnya dalam jangka panjang.
 
Karena faktor-faktor tersebut, Edwin memprediksi, bisnis emiten transporatsi darat masih akan terus terpuruk pada 2107. Bahkan, dirinya tidak merekomendasikan para investor untuk mengakumulasi saham-saham tersebut. Pasalnya, kalau untuk transportasi jarak dekat, maka persaingannya akan terkait dengan mobil murah yang senantiasa tersedia untuk dijadikan taksi-taksi online. Kalau untuk jarak jauh, persaingan akan muncul ketika sarana transportasi udara menawarkan tiket berharga murah.
 
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), LRNA menderita rugi Rp20,84 miliar sepanjang periode Januari-September 2016. Sementara itu, CPGT yang sebelumnya dikenal sebagai Cipaganti, pelopor angkutan darat Jakarta-Bandung, merugi Rp76,02 miliar pada Januari-Juni 2016, atau melonjak 352% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Lonjakan kerugian itu disebabkan oleh penurunan pendapatan dan kerugian penjualan aset. (abr)