Berkunjung Ke Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk

Oleh : Jaya Suprana | Kamis, 24 Agustus 2017 - 17:08 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta-Sekjen Perhimpunan Persahabatan Korea-Indonesia, Teguh Santosa berbaik hati mengurus segala sesuatu bagi kami untuk berkunjung ke Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk (Republik Rakyat Demokratik Korea) pada pertengahan bulan Agustus 2017.

Description: http://rmol.co/banner/thumb/91555-11244720082017@Lomba-Foto-Poster-mini.jpg

Bahkan kami beruntung dapat merayakan hari proklamasi kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Pyongyang pada suatu pagi hari nan cerah pada tanggal 17 Agustus 2017 mulai pukul 8.30 Waktu Korea Utara yang sama dengan pukul 9.00 Waktu Indonesia Barat.

Keadilan Sosial

Kunjungan perdana ke Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk (CMIK) diiringi rasa ragu bahkan was-was akibat kami sudah ikut termakan pemberitaan pers Amerika Serikat yang sudah berhasil sukses gilang-gemilang mencitrakan CMIK sebagai negara rudal nuklir yang mengancam perdamaian planet bumi dengan rawan memicu Perang Dunia III, di samping sebagai negara pelanggar hak asasi manusia, pelestari kemiskinan dan berbagai citra negatif bahkan destruktif lain-lainnya.

Namun rasa was-was kami lenyap setelah lima hari berada Pyongyang. Kesan positif pertama yang kami peroleh adalah ketertiban serta kebersihan Kota Pyongyang yang sama sekali bebas dari kemacetan lalu lintas serta sampah berserakan maupun polusi udara akibat gas yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor. Bulevar yang membentang lebar dan mulus melintasi pusat Kota Pyongyang yang ternyata juga sudah dipadati gedung-gedung pencakar langit tidak jauh beda dengan Jalan Thamrin di Jakarta atau Jalan Orchard di Singapura.

Yang langsung menakjubkan bagi kami adalah fakta bahwa perumahan, pendidikan, serta pelayanan kesehatan benar-benar tersedia secara gratis kepada segenap warga sebagai ungkapan nyata kesejahteraan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang jelas jauh lebih adil dan beradab ketimbang perumahan, pendidikan serta pelayanan kesehatan di negara Amerika Serikat yang sangat gemar menghujat CMIK sebagai negara terjahat di planet bumi masa kini.

Kebudayaan

Secara kebudayaan, kami juga benar-benar sangat terkesan pada masa kunjungan perdana ke Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk sebagai upaya langkah menjalin hubungan pertukaran kebudayaan antara Indonesia dengan Korea.

Setelah bersama warga Pyongyang menyaksikan pergelaran konser merayakan hari pembebasan Korea pada tanggal 15 Agustus 2017 di gedung teater nasional nan megah, kami sempat berkunjung ke Sekolah Persahabatan Korea-Indonesia dan sebuah Taman Kanak-Kanak khusus bagi anak-anak berbakat kesenian.

Kami benar-benar bukan saja merasa kagum atas kehebatan bakat kesenian anak-anak Korea namun juga tidak mampu menahan tetesan air mata ketika menyaksikan paduan suara para siswa-siswi Sekolah Persahabatan Korea-Indonesia mempergelar lagu-lagu Desaku, Halo-Halo Bandung dan Bengawan Solo secara benar-benar menyentuh lubuk sanubari terdalam kami sebagai warga Indonesia yang sedang berada di mancanegara. Dapat diyakini bahwa almarhumah Ibu Soed sebagai pencipta lagu Desaku, almarhum Ismail Marzuki sebagai pencipta Halo-Halo Bandung serta almarhum Gesang sebagai pencipta lagu Bengawan Solo pasti juga merasa terharu mendengar betapa merdu dan indah anak-anak Korea menyanyikan mahakarya para beliau.

Pada saat itu pula saya meyakini makna kebenaran yang terkandung pada warisan wejangan mahaguru kenegaraan saya, mantan Menko Kesra RI, Soepardjo Roestam, agar saya senantiasa berupaya mendukung pembangunan negara, bangsa dan rakyat Indonesia dengan melakukan upaya menjalin hubungan persahabatan dengan segenap negara, bangsa, dan rakyat di planet bumi ini bukan melalui jalur ekonomi, politik atau militer namun melalui jalur kebudayaan. [***]

Penulis adalah pendiri Jaya Suprana School of Performing Arts