Ketika Harta Itu Terampas, "Pesona Utang Menghancurkan (2)"

Oleh : Anab Afifi, CEO Bostonprice Asia | Sabtu, 12 Agustus 2017 - 09:25 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Sepandai-pandainya orang, apabila bangunan berpikirnya salah, maka pikirannya akan invalid atau kacau. Tetapi kondisi demikian, bisa jadi akibat tekanan.

Saat dalam tekanan atau emosi, konon, kecerdasan kita merosot hingga 80%. Tak peduli betapa pandai dan cerdasnya kita.

Ibu Srie Mulyani berkata: "Kenapa takut utang? Harta kita banyak."

Pernyataan itu lantas ditanggapi Mukidi: "Kalau harta kita banyak, kenapa harus utang?"

Kita memang tidak diajarkan untuk takut utang. Tetapi sejak 1.400 tahun lalu Nabi mengajarkan doa agar terhindar jeratan utang.

Redaksi doa tersebut kemudian disambung dengan permohonan agar terhindar dari qohru rijaal (cengkerangan, intimidasi dan kekuasaan pemberi utang).

Artinya, terdapat korelasi antara utang dan cengkeraman kekuasaan pemberi utang. Nah, betapa futuristiknya ajaran doa ini.

Kebenaran bangunan berpikir sebagaimana tercermin dalam doa itu, sangatlah kuat. Tak terbilang jumlah manusia, lembaga, perusahaan, bahkan negara  yang tumbang karena utang.

Utang memang tidak dilarang. Tetapi akibat terlalu sering utang ia menjadi racun.

Maka, utang itu keliru. Dikatakah keliru karena membayarnya pasti, sedangkan sumber pendapatannya tidak pasti.

Alkisah Engkong Amsir adalah seorang tuan tanah. Pada mulanya ia berutang untuk biaya syukuran sunatan cucunya.

Dia berpikir tidak apa-apa karena hartanya banyak. Sementara, pekerjaannya tiap hari nongkrong di warung. Tak ada penghasilan tetap. Biarpun hartanya banyak, anak-anaknya tidak ada yang sekolah tinggi.

Cara pandang si engkong, kemudian menjadi pola dan kebiasaan. Ia terus berutang lalu dibayar dengan tanah sejengkal demi sejengkal.

Kejayaan Engkong Amsir dengan tanahnya yang luas itu, kini tinggal sejarah. Habis terambil oleh para pemberi utang di masa lalu.

Dalam talkshow bersama Rossi Silalahi, Ibu Sri Mulayani menjelaskan argumentasinya: semua kekayaan berupa sumber daya alam adalalah untuk kepentingan rakyat. Ini semangat heroik yang harus didukung.

Kita yakin seyakinnya bahwa Indonesia jauh lebih kaya dibandingkan dengan Zimbabwe, Srilanka atau Timor Leste yang terpaksa harus menyerahkan aset mereka kepada pemberi utang.

Harta kekayaan bangsa Indonesia sangatlah melimpah. Jumlah utang yang tiga ribu trilyun itu, hanyalah kacang bawang.

Tetapi saya yakin, Engkong Amsir dari alam kuburnya sana berkata:

"Wahai... cucuku, jagalah harta kalian untuk keturunan kalian. Janganlah gemar berutang seperti aku. Sebab, bila kau terus berutang, berapapun banyaknya hartamu,  bisa hilang".