Potensi Migas Laut Dalam Indonesia Timur Hanya 10 Persen, Pemerintah Fokus Cari Cadangan Migas Baru

Oleh : Hariyanto | Selasa, 08 Agustus 2017 - 17:28 WIB

INDUSTRY.co.id , Jakarta - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (migas) Kementerian ESDM, Ego Syahrial mengatakan, hanya 10% wilayah Indonesia Timur yang berhasil dipetakan potensi migas di laut dalam.

"Ya baru 10 persen kira-kira yang berhasil dipetakan, sebab indikasi potensi mungkin terdeteksi, namun wilayah tepatnya itu masih susah diprediksi," kata Ego di Jakarta, Senin (7/8/2017).

Menurut Ego, Pemerintah saat ini fokus untuk mencari cadangan migas yang baru di wilayah Indonesia Timur. "Yang bagus itu harusnya misal ketika kita mengambil 1 barel minyak, maka paling tidak juga harus menemukan baru cadangan 1 barel, tapi ini tidak yang ditemukan hanya 0,2 barel, nah ini yang membuat cadangan terus merosot," kata Ego.

Ia menambahkan, untuk mampu menemukan cadangan baru tersebut, Indonesia harus memiliki kapal seismik yang mampu mendeteksi secara luas dan detil mengenai potensi laut. Saat ini, Indonesia baru memiliki kapal Geomarin III yang satu-satunya mampu memberikan data survei seismik di laut dalam.

Guna mendukung pemetaan potensi migas di Indonesia Timur, lanjut Ego, Kapal Geomarin akan ditingkatkan kemampuannya. Agar bisa memberikan tampilan secara tiga dimensi dengan nilai investasi pengembangan sebesar Rp30 miliar.

"Kalau ingin punya kapal baru yang lebih canggih, itu harganya hampir Rp1 triliun, tepatnya Rp700 miliar. Itu kapal mampu mencangkup pemetaan laut dalam standard internasional. Namun kita belum bisa ke arah sana. Yang sudah ada saja ditingkatkan (Geomarin III)," kata Ego.

Hal ini terkait upaya pemerintah untuk terus menemukan sumber minyak yang baru di berbagai wilayah Indonesia. Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengataka cadangan minyak Indonesia jika tidak ditingkatkan akan habis dalam 12 tahun.

"Data cadangan minyak Indonesia menunjukkan bahwa cadangan minyak saat ini tinggal 3,65 miliar barel dengan tingkat produksi sekitar 800 ribu barel per hari (bph), jika kondisi seperti itu ya tinggal 12 tahun lagi," kata Arcandra.

Oleh karena itu, Wamen menekankan untuk pentingnya segera fokus pada energi baru terbarukan (EBT), bukan lagi mengandalkan energi fosil. (tar)