Investigasi TV Prancis-Jerman, Perusahaan AMDK ini Dinilai Tak Mau Stop Kemasan Gelas Plastik di Indonesia

Oleh : Hariyanto | Senin, 29 April 2024 - 13:48 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Sengkarutnya masalah sampah plastik di Indonesia sudah  jadi sorotan media internasional. Belum lama ini, Arte (Association Relative à la Télévision Européenne) TV, sebuah jaringan TV Prancis-Jerman telah menyiarkan fim dokumenter khusus menyoroti peran salah satu produsen AMDK asal Prancis yang ikut memperburuk masalah sampah di  Indonesia.

Investigasi Arte TV bahkan sampai ke internal perusahaan AMDK tersebut.  Kesimpulannya, perusahaan multinasional tersebut dianggap  menjadi bagian dari masalah persampahan akut di Indonesia, negeri tempat mereka menjadi penguasa pasar bisnis air minum dalam kemasan (AMDK). 

Arte TV juga menyoroti produk gelas plastik yang sangat kontroversial dan paling banyak dikritik, karena dampaknya yang merusak lingkungan. Gelas sekali pakai ini terbuat dari plastik Polypropylene atau “PP” yang plastik penutupnya sulit dikelupas dan tak bisa didaur ulang.  

"Sampah plastik yang paling banyak kami temui di pusat penyortiran kami adalah kemasan gelas plastik sekali pakai. Merek ini sangat bermasalah, karena kami selalu menemukan sampahnya dalam jumlah besar, baik di sungai, hutan mangrove, maupun di pantai," kata kata Kelly Bencheghib, salah satu pendiri organisasi lingkungan Sungai Watch di Bali, saat diwawancarai Arte TV.

Sungai Watch rutin mengeluarkan laporan tahunan audit sampah di Bali dan Jawa Timur. Temuan mereka konsisten menempatkan perusahaan AMDK tersebut di posisi teratas selama tiga tahun berurutan dari 10 produsen penyumbang sampah plastik terbesar. 

Tak hanya mengungkapkan temuan Sungai Watch, Arte TV juga mengekspose organisasi lain yang menguak jejak sampah produksi perusahaan itu di Sungai Ciliwung, yang mengalir dari Bogor ke Jakarta. Dari tabel hasil brand audit sampah plastik yang mereka pantau, tampak jelas bagaimana produk dari perusahaan itu menjadi produk paling dominan dalam daftar tersebut.

“Sebanyak 40% botol plastik yang ditemukan dalam sungai adalah merek ini (mengalahkan merek AMDK lainnya). Selain itu, organisasi Break Free from Plastic juga menempatkan perusahaan AMDK ini di peringkat teratas untuk Indonesia.” papar jurnalis televisi tersebut. 

Arte TV mengungkapkan laporan tahunan perusahaan ini pada tahun 2021, di mana perusahaan tersebut menyatakan bahwa mereka sedang mengembangkan kemasan yang lebih besar. Namun kenyataannya, perusahaan itu tetap menjual AMDK dalam berbagai ukuran kemasan kecil, termasuk botol plastik 750 ml, 600 ml, 330 ml, dan 220 ml, yang sering kali menjadi bagian dari sampah plastik yang terlihat di mana-mana.

Bukannya berhenti, papar Arte TV, perusahaan AMDK asal prancis itu malah kemudian meluncurkan kemasan kecil ukuran Cube dengan penutup pada  2022. “Jadi, alih-alih  menghentikan kemasan gelas yang pernah dijanjikannya, perusahaan ini kini malah terang-terangan menjual dua jenis kemasan kecil di Indonesia,” papar Arte TV. 

Saat ini, timbulan sampah terus membukit tiap tahun. “Diperlukan langkah tegas dengan law enforcement untuk men–trigger percepatan pengurangan sampah, serta mewujudkan keadilan (fairness) sehingga menjadi wujud penghargaan bagi pihak yang telah menjalankan pengelolaan dan pemilahan sampah secara optimal,” kata Amalia S Bendang, Ketua Harian Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC).

Perlunya pemerintah bertindak tegas ini disampaikannya saat  lokakarya nasional  pelaporan hasil riset bertema “Potret Sampah Enam Kota: Medan, Samarinda, Makassar, Denpasar, Surabaya, dan DKI Jakarta” hasil kerja sama (NZWMC) dan Litbang Kompas di Jakarta, akhir tahun lalu.

“Penerapan regulasi tentang sampah perlu diterapkan optimal. Hal ini termasuk pemberlakuan mekanisme sanksi dan penghargaan, serta diikuti pendidikan pengelolaan dan pengurangan sampah bagi publik,” kata Amalia. 

Berdasarkan data, gelas plastik (berikut sedotan) dan botol air mineral telah ikut mendongkrak volume sampah plastik sebesar 11,6 juta ton, atau 17% dari total produksi sampah nasional di Indonesia pada 2021. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dari satu dekade sebelumnya.

Besarnya sampah plastik ukuran kecil terlihat dari produksi AMDK gelas plastik yang tercatat sebesar  10,4 miliar setiap tahun. Pada segmen ini, market leader AMDK berkontribusi pada timbulan 5.300 ton sampah gelas plastik per tahun.

Selain itu, sampah industri AMDK juga berasal dari  botol plastik yang produksinya mencapai 5,5 miliar botol per tahun. Timbulan sampah botol plastik tercatat 83 ribu ton, atau hampir separuh timbulan sampah plastik industri AMDK. Separuh dari timbulan sampah botol ini merupakan sampah market leader AMDK.

Berdasarkan Peta Jalan Pengurangan Sampah KLHK 2020-2029, sejumlah item plastik ukuran kecil sudah tidak boleh lagi diproduksi pada 2029. Sebagaimana diketahui, KLHK melalui Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 menargetkan pengurangan sampah hingga sebesar 30 persen pada  2030. 

Target pengurangan tersebut dilakukan dengan, antara lain mendorong produsen AMDK mengubah desain produk mini menjadi lebih besar  (Size up) ke ukuran 1 liter, untuk mempermudah pengelolaan sampah.

Sebagai tambahan, produsen juga diwajibkan untuk mengimplementasikan mekanisme pertanggungjawaban terhadap produk dalam kemasan plastik yang dijual, saat nantinya produk tersebut menjadi sampah (Extended Producers Responsibility/EPR).