Wimboh Santoso Berkomitmen Jaga Stabilitas Sistem Keuangan

Oleh : Arya Mandala | Minggu, 30 Juli 2017 - 12:10 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Posisinya yang sempat menjabat sebagai Kepala Kantor Perwakilan BI di New York dan Direktur di Dana Moneter Internasional (IMF) sempat menjadi pertimbangan para voters.

Dalam hal ini para legislator bahwa Wimboh Santoso bisa saja menjadi salah satu perpanjangan tangan IMF untuk mengintervensi kebijakan sektor keuangan di dalam negeri jika ia dipercaya menjadi ketua dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

"Bapak punya koneksi kuat dengan IMF. Dikhawatirkan Bapak akan diintervensi," ujar Elviana, Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Gedung DPR saat fit and proper test para calon ketua OJK awal Juni lalu.

Kekhawatiran yang sama yang juga diungkapkan oleh  Heri Gunawan dari Fraksi Partai Gerindra. Namun didalam kesempatan tersebut, Wimboh yang terakhir menjabat sebagai Komisaris Utama PT Bank Mandiri Tbk (Persero) menjawab secara tegas  bahwa hal itu tidak akan terjadi.  

"Terkait intervensi IMF, saya jawab tidak. Saya di IMF menjual (mempromosikan) Indonesia, saya memperkenalkan Indonesia, dan saya mempengaruhi IMF untuk Indonesia," ujarnya.

Wimboh menyebut dirinya  memperjuangkan pertemuan IMF dan Bank Dunia digelar di Indonesia pada tahun 2018 mendatang, dan ia menegaskan Indonesia  harus bisa mempengaruhi IMF untuk kepentingan Indonesia sendiri, bukan untuk diintervensi.

Dalam program yang ia paparkan di hadapan anggota dewan, salah satunya Wimboh  akan memastikan stabilitas sistem keuangan dan efektivitas pengawasan.

"Bagaimana kita dalam melakukan kebijakan dan pengawasan harus sinergi dengan lembaga dan instansi pemerintah lainnya," ujarnya.  

Selain itu, ia akan melakukan deteksi dini, berbagai monitoring, dan riset terkait sektor keuangan. Dengan demikian, OJK tak hanya mengedepankan stabilitas tapi juga sinergi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Penguatan kebijakan juga akan dilakukan, dengan memilih kebijakan prioritas seperti untuk kantong-kantong perekonomian yang masih lambat dan kemiskinan yang cukup tinggi.

Sementara di pasar modal ia menjanjikan pendalaman pasar modal, diversifikasi instrumen  seperti commercial paper untuk dijadikan  alternatif investasi.

Wimboh memulai kariernya di Bank Indonesia (BI) pada 1984 sebagai pengawas perbankan di Bank Indonesia (BI). Dia adalah lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) pada 1983.

Setelah itu, pria kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, 15 Maret 1957 itu melanjutkan studi Master of Science in Business Administration di University of Illinois, Amerika Serikat pada 1991. Pendidikan ini diselesaikan pada September 1993.

Kemudian ia mengambil program S3 alias jenjang Doktor di Loughborough University, Inggris, dengan studi konsentrasi Financial Economics pada 1995. Dengan memboyong gelar PhD, Wimboh kembali ke Indonesia pada 1999.

Dia membawa ilmu manajemen risiko (risk management) untuk diterapkan pada perbankan Indonesia. Pada 2012, ia kembali ke tempat asalnya Bank Indonesia, dengan menjadi Kepala Perwakilan BI di New York, Amerika Serikat. Jabatan ini diperoleh usai ia menjabat sebagai Direktur Direktorat Pengaturan Perbankan BI periode 2010-2012.  

Selepas dari bank sentral, ia meniti karier di level internasional dengan menjadi Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF) mewakili ASEAN plus Fiji, Tonga, dan Nepal sampai April 2015. (Arya Mandala)