Dua Dosen President University Sajikan Paper di Kolombia, Kritisi Pemberitaan Media Massa Indonesia

Oleh : Hariyanto | Rabu, 19 Juli 2017 - 17:35 WIB

INDUSTRY.co.id , Cartagena - Sekitar 2.000 peneliti dan peminat kajian komunikasi dan media berkumpul dalam upacara pembukaan Konferensi tahunan Asosiasi Internasional Penelitian Media dan Komunikasi (IAMCR) di Cartagena de Indias Convention Center, Cartagena, Kolombia, Minggu, 16 Juli 2017 waktu setempat atau Senin, 17 Juli 2017 WIB. Dalam konferensi di tahun ke-60 kelahiran IAMCR ini dua dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Presiden, hadir sebagai penyaji.

Achmad Supardi menyajikan hasil penelitiannya berjudul "Dismanting a municipality's regulation: how news media herding public opinion and doing advocacy". Supardi meneliti bagaimana Kompas.com memberitakan razia warung makan di siang hari bulan Ramadhan di Kota Serang, tahun 2016 lalu atau lebih dikenal dengan "kasus Saeni".

Janet Wasko (kiri), Presiden IAMCR membuka pelaksanaan konferensi.

Janet Wasko (kiri), Presiden IAMCR membuka pelaksanaan konferensi.

Saeni adalah salah satu pemilik warung makan yang dirazia dan mendapat porsi liputan besar dari Kompas grup, termasuk koran Kompas dan Kompas TV. Hasil penelitian Supardi menunjukkan Kompas.com memberi ruang yang lebih besar bagi mereka yang menentang Razia bahkan perda yang memungkinkan dilaksanakannya Razia tersebut.

 Kompas.com juga memperlakukan peristiwa ini sebagai bahan liputan yang sangat penting dengan menjadikannya isu nasional, lebih dari razia-razia lain yang dilaksanakan Satpol PP di beragam kota di Indonesia.

Dosen lain di Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Presiden, Mohammad Raudy Gathmyr, presentasi di hari pertama. Ia menyajikan hasil penelitiannya berjudul "News construction of Islamic group in Indonesian mainstream media: a case study of the Super Peaceful Protest 2 December 2016", Dalam penelitiannya Raudy menemukan bahwa sejumlah media mainstream di Indonesia yang ia teliti memiliki kebijakan redaksional yang secara sengaja tidak memberi ruang berwacana bagi Front Pembela Islam (FPI).

Media mainstream Indonesia sengaja memblokade FPI dan tidak memperlakukannyan secara seimbang dibanding nara sumber lain pada isu-isu yang melibatkan mereka.

Selain mendapatkan bantuan biaya konferensi dari Universitas Presiden, kedua dosen ini juga mendapatkan bantuan pendanaan dari sejumlah pihak. Raudy mendapatkan travel grant dari IAMCR sebesar 1.500 dollar AS, sementara Supardi mendapatkan sponsor dari PT Jababeka,Tbk sebesar Rp 10 juta.

Bantuan dana dari PT Jababeka ini, kata Supardi, sangat berarti baginya karena biaya penerbangan ke Kolombia sangat mahal. Biaya perjalanan, pendaftaran, akomodasi dan lainnya mencapai lebih dari Rp 30 juta. Ia berharap PT Jababeka, tbk terus melanjutkan kebijakannya mendukung pelaksanaan dan diseminasi hasil penelitian ilmuwan Indonesia.

"Hadir dalam konferensi tier 1 dari bidang keilmuan masing-masing --seperti Konferensi IAMCR bagi dosen komunikasi-- ini sangat penting bagi para ilmuwan dan peneliti Indonesia. Inilah ajangnya untuk melihat topik-topik dan metode penelitian terbaru dan membangun jejaring dengan peneliti lain maupun lembaga pendidikan dari berbagai negara," kata Raudy. (President University)