MSIG Indonesia Memperkuat Komitmen Terhadap Keberlanjutan

Oleh : Herry Barus | Jumat, 19 Mei 2023 - 10:20 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta-Kegiatan sebagai bagian dari kampanye proyek keberlanjutan. Bersama dengan para karyawannya, MSIG Indonesia menyelenggarakan kegiatan Biodiversity Fun Class (BDFC) dan Penanaman Bakau.

Dilaksanakan selama periode Februari hingga Maret, BDFC diadakan di tiga sekolah dasar, yaitu SDN Rancagong 01 Tangerang, SDN Grogol Selatan 05 Jakarta, dan SDN Karang Tengah 05 Bogor.

Sedangkan penanaman bakau dilaksanakan di Desa Pantaibahagia, Kabupaten Muara Gembong, Bekasi, pada hari Sabtu, 13 Mei 2023.

Sebagai perusahaan asuransi umum terkemuka yang melihat hati dalam segala hal, perusahaan berkomitmen untuk mengambil bagian dalam menahan laju perubahan iklim dengan melestarikan dan melindungi keanekaragaman hayati melalui berbagai inisiatif, tidak hanya untuk masa depan bumi, tetapi juga untuk kita dan generasi yang akan datang.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), satu juta spesies terancam punah akibat aktivitas manusia, seperti perusakan habitat, eksploitasi berlebihan, dan perubahan iklim. Hilangnya keanekaragaman hayati dapat menimbulkan konsekuensi yang parah seperti menurunnya produktivitas ekosistem, berkurangnya daya tahan terhadap tekanan lingkungan, dan berkurangnya kemampuan untuk menyediakan beragam kebutuhan ekosistem seperti udara dan air bersih.

Shikato Takeuchi, Presiden Direktur MSIG Indonesia da;am keterwangannya Jumat (19/5/2023) , mengatakan, “Sebagai perusahaan global, kami sangat peduli terhadap keberlanjutan. Sebagai perusahaan asuransi, kami berkontribusi terhadap masa depan bumi dengan melakukan hal-hal kecil yang berdampak bagi masyarakat, salah satunya melalui Biodiversity Fun Class ini.”

Dalam inisiatif BDFC ini, MSIG Indonesia didukung oleh Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), sebuah organisasi sosial nirlaba, independen, dan transparan yang melindungi anak-anak di seluruh Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak, yang bertindak sebagai penasihat bagi kami untuk menentukan sekolah mana yang cocok untuk kampanye ini serta cara terbaik untuk berkomunikasi dengan para siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.

Selain GNOTA, BDFC yang sempat vakum selama dua tahun karena pandemi ini juga didukung oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dalam mempersiapkan 41 karyawan yang menjadi sukarelawan sebagai pengajar untuk mendampingi total 172 siswa kelas 5 SD, yang dibekali dengan memberikan pengetahuan melalui lokakarya.

Melalui kegiatan interaktif seperti story-telling tentang keanekaragaman hayati dan melakukan percobaan sains sederhana bertajuk Dampak Efek Gas Rumah Kaca, Dampak Gletser yang mencair anak-anak belajar mengenai dampak perubahan iklim terhadap lingkungan dan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati untuk generasi mendatang. Inisiatif ini sejalan dengan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan PBB, khususnya Tujuan ke-15: Kehidupan di Darat, yang bertujuan untuk melindungi, memulihkan, dan mendorong pemanfaatan ekosistem darat secara berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, serta menghentikan dan membalikkan degradasi lahan dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Sementara itu Ketua Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), Gendis Siti Hatmanti, di sela-sela kegiatan mengatakan, “Kegiatan Biodiversity Fun Class ini sangat bagus sekali. Sangat bermanfaat untuk anak-anak karena mengajarkan mereka bagaimana cara menjaga lingkungan dan membuat mereka lebih peduli untuk menjaga kelestarian bumi,”.

MSIG Indonesia menyadari sejak tahap awal upaya ini bahwa banyak sekolah di daerah pedesaan mungkin tidak memiliki akses ke sumber daya dan kesempatan yang sama dengan sekolah di daerah perkotaan. Dengan mengadakan kelas ini di sekolah-sekolah di daerah pedesaan, anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar tentang pelestarian keanekaragaman hayati akan dapat dijangkau, terlepas dari lokasi atau status ekonomi mereka. Mereka berhak mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas tentang pelestarian lingkungan.

Tidak berhenti sampai disitu, MSIG Indonesia juga berpartisipasi dalam upaya penanaman hutan bakau di Muara Gembong, Bekasi.

Mengutip informasi dari Yayasan Sentral Rehabilitasi Mangrove (SRM), keberadaan hutan bakau di pesisir pantai di daerah tersebut terus mengalami penyusutan dan kerusakan akibat seringnya terjadi abrasi.

Saat ini, hutan bakau di Kecamatan Muara Gembong tersisa sekitar 600 hektar dari kondisi sebelumnya seluas 10.481,15 hektar dan hampir 350 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal. Untuk berkontribusi dalam menyelamatkan daerah tersebut dari kerusakan lebih lanjut, MSIG Indonesia menyumbangkan 5.000 pohon bakau untuk ditanam.

Kegiatan ini merupakan bagian dari perjalanan perusahaan untuk mencapai net-zero carbon emissions pada tahun 2050.

Wakil Presiden Direktur MSIG Indonesia, Bernardus P Wanandi, mengatakan bahwa hutan bakau menyimpan karbon biru yang dapat menyerap emisi gas rumah kaca, sehingga dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, hutan bakau tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga untuk masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar ekosistem hutan bakau. Dengan menanam dan melestarikan hutan bakau, diharapkan dapat mengantisipasi dan mengurangi dampak perubahan iklim yang menjadi perhatian utama perusahaan.

Perubahan iklim memperparah hilangnya keanekaragaman hayati dengan mengubah kondisi fisik dan kimiawi ekosistem, seperti suhu, curah hujan, dan kenaikan permukaan air laut. Kegiatan penanaman ini didukung oleh Yayasan Sentral Rehabilitasi Mangrove (SRM), sebuah lembaga non- profit lokal yang berfokus pada pelestarian lingkungan, khususnya rehabilitasi hutan bakau.

Program ini bertujuan untuk memulihkan habitat hutan bakau yang sangat penting untuk menjaga keanekaragaman hayati, melindungi garis pantai, dan memitigasi perubahan iklim.

Pembina Yayasan SRM, Imanuel Iman, menyampaikan, “Sudah terjadi kerusakan yang sangat masif di Muara Gembong ini. 940 hektar lebih daratan sudah tergerus oleh laut. Tanah yang dulunya daratan kini telah menjadi lautan. Itulah yang melatarbelakangi mengapa kami memilih untuk melakukan upaya rehabilitasi di lokasi ini.  Selain itu, penanaman yang kami lakukan juga memiliki fungsi lain, tidak hanya untuk merehabilitasi mangrove tetapi juga membantu masyarakat sekitar yang kehilangan mata pencaharian.  Pertama. bibit yang ditanam berasal dari masyarakat. Kedua, dari perawatan mangrove yang kami berikan setiap bulannya. Kemudian masyarakat sekitar juga dapat penghasilan dari kegiatan penanaman bersama pihak luar, seperti fasilitas perahu, juga makanan untuk pengunjung yang melakukan penanaman.”

Iman juga menambahkan bahwa Yayasan SRM memiliki visi yang sama dengan MSIG Indonesia terkait dengan isu perubahan iklim. “Hutan bakau bisa membantu mengurangi pemanasan global karena memiliki kemampuan menyerap karbon empat kali lebih banyak dari hutan tropis. Pada hutan tropis, saat daun dan ranting jatuh, terjadi pelepasan karbon. Sementara di hutan bakau, ketika  ranting dan daun jatuh, ia akan tetap tertahan di dalam air.  Di situlah mengapa hutan bakau memiliki kemampuan menyerap karbon empat kali lebih tinggi dari hutan tropis.”

Upaya ini selaras dengan misi perusahaan untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan masyarakat yang dinamis dan turut serta menjaga masa depan bumi, dengan memberikan keamanan dan ketenangan pikiran melalui usaha asuransi dan jasa keuangan global. Menjaga kelestarian bumi dan masa depan yang baik bagi generasi penerus adalah tanggung jawab bersama, dari perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan oleh individu sampai dengan kebijakan yang ditetapkan perusahaan.