Biodiesel Topang Harga Minyak Sawit di Tengah Disrupsi Ekonomi Global

Oleh : Herry Barus | Senin, 08 Mei 2023 - 15:02 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta– Melemahnya perekonomian di sejumlah negara importir minyak sawit diramalkan akan menggerus harga komoditas tersebut. Untuk mencegah penurunan harga lebih dalam penyerapan di dalam negeri perlu ditingkatkan. Program biodiesel dinilai sebagai salah satu upaya penting dalam membantu menopang harga minyak sawit di dalam negeri.

Produksi minyak sawit global tahun ini diprediksi meningkat 3-5 persen dibanding 2022, sehingga pasar akan oversuplai yang mengakibatkan harganya turun. Daya beli di kawasan Uni Eropa, India, dan China sebagai pasar utama minyak sawit pada 2022 dan 2023 diperkirakan melemah, akibat kombinasi dari resesi dan inflasi tinggi. Penurunan harga minyak sawit pada 2023 juga diperkirakan berada pada level lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Menurut Direktur Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi) Tungkot Sipayung Senin (8/5/2023) , penurunan harga minyak sawit global (termasuk tandan buah segar/TBS) saat ini disebabkan kelebihan pasokan minyak sawit di pasar dunia, yang ditandai oleh tingkat stok di negara- negara importir telah mencapai tingkat sebelum pandemi, bahkan lebih.  Flash out besar-besaran yang dilakukan Indonesia pada semester kedua 2022 dimanfaatkan negara-negara importir untuk menimbun stok, sehingga saat ini sudah penuh.  “Akibatnya permintaan minyak sawit dunia melemah. Apalagi harga energi fosil dunia juga sedang tren turun, sehingga mengurangi demand CPO dunia untuk bioenergi,” kata Tungkot.

Dia menilai, peningkatan blending rate biodiesel dari mandatori B30 menjadi B35 menjadi strategi pengelolaan pasar minyak sawit domestik. Besarnya konsumsi minyak sawit domestik yang dialokasikan untuk mensukseskan kebijakan mandatori B35 telah menurunkan ekspor minyak sawit Indonesia ke pasar dunia. Sehingga stok minyak sawit di pasar dunia relatif stabil, sehingga dapat menciptakan excess demand.

“Implikasinya adalah peningkatan harga minyak sawit global yang kemudian akan ditransmisikan ke harga TBS petani yang juga akan ikut meningkat,” ujar dia.

Strategi ini terbukti berhasil dalam implementasi program mandatori B30 pada 2020 sebagai game changer demand global yang mendongkrak harga minyak sawit dunia. Harga minyak sawit dunia saat itu meningkat sekitar 25 persen dibanding 2019. “Tren peningkatan harga tersebut terus berlanjut sekitar 36 persen selama implementasi mandatori B30 periode 2020-2022,” kata Tungkot.

Tungkot menjelaskan, harga TBS petani yang mengalami peningkatan mengikuti pergerakan harga minyak sawit dunia. Data Asosisasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menunjukkan harga TBS petani pasca implementasi mandatori B30 meningkat menjadi Rp 1.800-2.550 per kilogram (kg), atau lebih tinggi dibanding tingkat harga pada tahun-tahun sebelumnya yang berkisar Rp 700-1.200 per kg.

Dia menambahkan, mengingat urgensi dari perluasan mandatori biodiesel di Indonesia di tengah disrupsi permintaan minyak sawit global, maka implementasi mandatori B35 dan mandatori B40 dapat dilakukan secara simultan tahun ini. “Mandatori B35 telah diimplementasikan pada semester pertama 2023. Sedangkan mandatori B40 dapat dilaksanakan setelahnya, yaitu pada semester kedua tahun ini,” ujar dia.

Pengembangan biodiesel memiliki tiga tujuan utama, yaitu pengurangan ketergantungan pada energi fosil (terutama impor), mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan pembangunan pedesaan.