Pasokan Tersendat, Industri Keramik di Jatim Terpaksa Bayar Gas 'Mahal'! Asaki Minta Pemerintah Turun Tangan

Oleh : Ridwan | Jumat, 14 April 2023 - 15:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Industri keramik dalam negeri meminta pemerintah menjamin kelancaran supply gas bumi untuk sejumlah industri keramik khususnya di daerah Jawa Timur (Jatim).

Berdasarkan catatan Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), hingga saat industri keramik di Jatim masih terkendala dengan penerapan AGIT  berkisar 60 - 65%. 

"Kondisi ini tentu sangat menyulitkan dan membebani kinerja industri keramik, dimana harus membayar pemakaian gas di atas Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yakni USD 7,98 per MMBTU," kata Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto kepada INDUSTRY.co.id di Jakarta, Jumat (14/4).

Selain itu, Asaki juga berharap pemerintah mempermudah dan mempercepat bagi industri keramik yang sedang melakukan ekspansi kapasitas untuk mendapatkan alokasi HGBT sebesar USD 6 per MMBTU. 

"Ini yang menjadi 'concern' utama, karena industri keramik yang baru beroperasi tidak bisa berdaya saing jika harus membayar dengan range harga USD 7,89 - USD 10 per MMBTU," jelasnya.

Lebih lanjut, Edy menyebut bahwa ekspansi kapasitas oleh anggota Asaki sebesar 75 juta meter persegi berjalan 'on track', baik industri yang berada di Sumatera Utara, Sumatera Selatan maupun di daerah Jawa.

Tak hanya itu, lanjut Edy, industri keramik juga akan hadir di Jawa Tengah (Jateng) dengan pembangunan dua pabrik baru di Kendal dan Batang.

"Ini akan menjadi pemerataan supply keramik yang mana selama ini dilayani dari industri keramik yang mayoritas berada di Jawa bagian Barat dan Timur," terang Edy.

Ketum Asaki memproyeksi penambahan total kapasitas 75 juta meter persegi tersebut akan selesai di akhir tahun 2024, dan setara dengan 102% dari angka impor industri keramik per tahun.

"Dengan begitu, penyerapan jumlah tenaga kerja baru diperkirakan akan mencapai 10.000 orang, dan sekaligus membawa Indonesia menempati posisi nomor empat dunia sebagai produsen keramik terbesar di dunia setelah China, India, dan Brazil," tutup Edy.

Disisi lain, Asaki mencatat industri keramik nasional telah berhasil pulih dan bangkit lebih cepat pasca pandemi Covid-19. Hal ini ditandai dengan tren peningkatan pemakaian gas dari tahun 2020 hingga Maret 2023, dengan jumlah rata-rata volume penyerapan gas bumi dari PGN meningkat hampir 30% yakni 63,3 BBTUD menjadi 81,8 BBTUD.

Hal tersebut seiring dengan peningkatan utilisasi kapasitas nasional, dimana di tahun 2020 berada di 56% dan posisi awal April 2023 sudah berada di posisi 76%.

"Keberhasilan di atas tentunya ditopang oleh kebijakan pemerintah terkait HGBT sebesar USD 6 per MMBTU, sehingga terjadi peningkatan daya saing industri dan memberikan kepercayaan diri serta optimisme industri keramik dalam negeri," tutup Edy.