Peringati Hari Hutan Internasional, Kajian Hutan dan Mitigasi Bencana Hidrometeorologi Dibahas Para Pakar

Oleh : Abraham Sihombing | Selasa, 21 Maret 2023 - 17:19 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Hutan di Indonesia sangat penting bagi kehidupan dan bagi keberlanjutan pembangunan nasional, sehingga hutan harus dilestarikan dan tutupan hutan harus cukup. Pada Peringatan Hari Hutan Internasional yang jatuh pada 21 Maret 2022, Agus Setyarso, Deputy Director Pusat Sains Kelapa Sawit Instiper Yogyakarta, bersama Chay Asdak, Guru Besar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Universitas Padjadjaran memaparkan hasil kajian terkait kehutanan dan bencana hidrometeorologi.

 

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, sehingga pemanfaatan dan pengelolaannya harus tetap mempertimbangkan beragam aspek demi keseimbangan dan pelestarian ekosistem.

 

“Jika pertumbuhan hutan mampu terus menerus menyediakan manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial, maka berkelanjutan didefinisikan tentang manfaat yang diambil mampu untuk menyelenggarakan dan membiayai pembangunan pada periode berikutnya,” ungkap Agus, di Jakarta, Senin (20/03/2023).

 

Agus mengemukakan, keberlanjutan dan kelestarian hutan hanya dapat terwujud melalui pemenuhan dua syarat yaitu tatakelola (governance), dan pengelolaan (management) yang baik. Manajemen hutan yang baik memerlukan kecukupan kinerja tatakelola kehutanan yang baik.

 

Langkah mengawali capaian tujuan pembangunan berkelanjutan dapat dimulai dari beberapa langkah tatakelola kehutanan yaitu tata-kebijakan, tata-instrumentasi pelaksanaan kebijakan,tata-pengaturan sumberdaya yang berkenaan dengan kepentingan publik dan barang publik, tata-peran para pihak, maupun tata-distribusi manfaat privat, yang diperankan oleh pemerintah, pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat dalam arti luas termasuk masyarakat internasional.

 

Kelestarian dan keberlanjutan kehutanan terwujud ketika tatakelola dan manajemen terhantar (delivered) ke tingkat tapak. Namun, melihat bencana hidrometeorologi adalah fokus berikutnya.

 

Bencana ini disebabkan oleh ragam parameter meteorologi, diantaranya suhu, tekanan, curah hujan, angin, kelembapan, dan lain-lain. Kejadian bencana hidrometeorologi antara lain banjir, cuaca ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan badai, dan tanah longsor.

 

Sementara itu, Chay Asdak, Guru Besar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Universitas Padjadjaran, mengungkapkan, kecenderungan naiknya tinggi permukaan air laut  seperti banjir rob di Indonesia yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat dimitigasi dengan mempertahankan dan membangun hutan bakau.

 

“Di samping itu, mitigasi tersebut juga dapat dilakukan melalui intervensi mitigatif infrastruktur fisik yang struktural seperti melalui drainase dan reklamasi,” ungkap Chay Asdak.

 

Selanjutnya, terkait rekomendasi pendekatan ekosistem bisa dilakukan melalui infrastruktur alami yang diwujudkan melalui yang pertama mekanisme insentif dan disinsentif. Mekanisme insentif atau bantuan teknis kepada pemilik tanah untuk mengelola secara ramah lingkungan.

 

Berikutnya, mekanisme imbal jasa lingkungan. Mekanisme insentif dan imbal jasa lingkungan menjadi efficienttools dan pendekatan efektif untuk mengamankan infrastruktur alam.***