Cadangan Malaysia Terpangkas, Harga CPO Melonjak di Pasar Global

Oleh : Abraham Sihombing | Selasa, 11 Juli 2017 - 12:04 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mengalami kenaikan di sesi awal perdagangan pada Selasa (11/07/2017). Kenaikan itu dipicu oleh laporan penurunan cadangan CPO di Malaysia, depresiasi kurs ringgit Malaysia serta kenaikan harga minyak kedelai di Amerika.

“Ketiga faktor tersebut diperkirakan bakal terus mendorong kenaikan harga CPO di pasar global, setelah harga komoditi tersebut di Chicago Board of Trade (CBOT) dan China Dalian Commodity Exchange pada perdagangan kemarin ditutup menguat,” ujar Faisyal, analis pasar komoditi PT Monex Investindo, di Jakarta, Selasa (11/07/2017).

Menurut laporan Malaysian Palm Oil Board (MPOB), total cadangan CPO Malaysia pada Juni 2017 turun 1.93% menjadi 1,53 juta ton dibandingkan pada bulan sebelumnya sebanyak 1,56 juta ton. Sementara itu, cadangan CPO yang sudah disuling juga terpangkas 5.16% menjadi 728,656 ton pada Juni 2017 dibandingkan pada bulan sebelumnya sebanyak 768,334 ton.

Disamping penurunan cadangan di Malaysia, demikian Faisyal, kenaikan harga CPO hari ini juga didorong oleh melemahnya kurs ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika. Pada pukul 10:14 WIB, kurs ringgit Malaysia melemah 0,1% terhadap dolar Amerika ke posisi 4,296

Untuk potensi kenaikan harga CPO pada hari ini juga datang dari pelemahan ringgit. Pukul 10:14 WIB, pergerakan ringgit terhadap dolar AS berada di level 4.2960, melemah 0.1%. Pelemahan ringgit Malaysia tersebut akan membuat harga minyak sawit menjadi lebih murah untuk para pemegang mata uang dolar Amerika dan mata uang negara-negara maju lainnya sehingga akan memicu aksi beli.

Di pasar komoditi Malaysia, harga CPO saat ini berada di level 2.587 ringgit per ton. Harga komoditas ini di Malaysia berpotensi bergerak di kisaran 2.535-2.630 ringgit per ton.

Menurut Faisyal, jika harga CPO tersebut tergerus ke bawah level 2.535, maka itu bakal mendorong harga menuju ke level 2.480 ringgit per ton. “Jika dapat menembus ke atas level 2.630, maka harga CPO tersebut berpeluang naik ke titik resistensi berikutnya di level 2.680 ringgit per ton,” pungkas Faisyal. (Abraham Sihombing)