IHSG Melemah Pada Dua Pekan Pertama 2023, Ini Salah Satu Penyebabnya

Oleh : Hariyanto | Senin, 16 Januari 2023 - 14:59 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Pasar modal dalam negeri saat ini sedang diuji dengan tren yang terus melemah pada dua pekan pertama 2023. Namun demikian, dalam dua hari terakhir terlihat bahwa indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah mulai menguat ke posisi 6.641,8. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully A. Wisnubroto dalam Investment Talk bertema “Investing in the Midst of Uncertainty”, Minggu (15/1/2022). 

“[Pelemahan] Year to date-nya sudah 3%. Ini [IHSG] menjadi salah satu yang kurang baik atau mungkin yang paling jelek di antara bursa-bursa global lainnya,” kata Rully.

Kendati demikian, Rully mengaku kondisi tersebut tidak terlalu mengherankan. Menurutnya, salah satu penekan IHSG pada dua pekan pertama tahun ini karena adanya profit taking menyusul pencapaian positif IHSG sepanjang 2022 yang menguat lebih dari 4% (yoy). 

“Jadi tidak terlalu mengherankan kalau di awal tahun ini terjadi koreksi. Terlihat ada capital outflow di pasar domestik, yang telah terjadi juga di bulan Desember,” ungkap Rully.

Sepanjang dua pekan pertama 2023, arus modal asing keluar pasar saham Indonesia mencapai Rp5,2 triliun. Adapun, jika diakumulasikan sejak Desember 2022, arus modal asing keluar pasar saham Indonesia mencapai sekitar Rp26 triliun. “Kalau dengan rata-rata kurs sekitar Rp15.500, itu ekuivalen sekitar US$1,7 billion,” katanya.

Sebagaimana saham, pasar obligasi Indonesia juga sedang diuji ketangguhannya. Namun, jika pasar saham banyak dipengaruhi oleh ekspektasi, obligasi lebih dipengaruhi oleh inflasi dan suku bunga.

“Karena ketika suku bunga naik, itu biasanya kuponnya itu akan tergerus. Jadi kalau ekspektasi ke depan mendekati peak dari kenaikan policy rate, biasanya memang impaknya sangat baik untuk obligasi.” ujar Rully.

Yield government bond 10-years pada pekan lalu tercatat sekitar 6,7%, yang sejalan dengan penurunan yield di berbagai negara di dunia. Sebagai catatan, yield 10-years US treasury yang turun ke sekitar 3,4%-3,5%. Pada dua pekan pertama 2023, pasar obligasi Indonesia mengalami capital inflow yang merupakan lanjutan tren sejak November 2022. Sejak periode tersebut, lanjutnya, total capital inflow ke pasar obligasi mencapai sekitar Rp55 triliun.

Namun, Rully memperkirakan pasar obligasi ke depan akan sedikit melambat dibandingkan dengan kondisi akhir tahun lalu karena ekspektasi inflasi dan suku bunga dunia relatif lebih landai. “Intinya adalah ke depan ekspektasi arah suku bunga, terutama dari Fed Fund Rate itu memiliki pengaruh besar terhadap market di seluruh dunia, equity, bond market, dan juga nilai tukar.” ujarnya.