Target Ekspor USD 5 Miliar Industri Mebel dan Kerajinan Terganjal Bahan Baku

Oleh : Ridwan | Jumat, 30 September 2022 - 13:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Solo - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) terus menggenjot target nilai ekspor industri mebel dan kerajinan sebesar USD 5 miliar di tahun 2024.

Namun, upaya tersebut menyisakan pekerjaan rumah (PR) atau tantangan yang hingga saat ini masih membebani industri mebel dan kerajinan Tanah Air.

Adapun tantangan tersebut antara lain, pemenuhan bahan baku kayu dan rotan yang harus tersedia dalam jumlah cukup dan sesuai kualitas maupun jenis bahan baku yang dikehendaki pasar.

"Yang tidak kalah pentingnya adalah kemudahan memperoleh bahan baku tersebut," kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur dalam keterangannya di Solo (30/9).

Di sisi lain, lanjutnya, tuntutan terhadap sertifikasi kelestarian pengelolaan hutan dari para pembeli luar negeri kian gencar.

"Sedangkan ketersediaan bahan baku bersertifikat hutan lestari sesuai tuntutan pembeli terbatas suplainya," terangnya.

Lebih lanjut, Sobur menyebut bahwa ada persoalan yang lebih serius, karena hari ini dengan kebutuhan bahan baku perkayuan sebesar 7 hingga 8 juta ton, tidak semuanya bisa dipenuhi oleh Perhutani dan Inhutani. 

“Sebagian dipenuhi bahan baku impor,” tegasnya.

Untuk mencapai target nilai ekspor USD 5 miliar, HIMKI telah memprediksikan kebutuhan material sebesar 12 juta ton. Dari jumlah itu, Perhutani hanya bisa memenuhi kebutuhannya sebesar sepuluh persen sedang Inhutani hanya bisa memenuhi lima persen dari kebutuhan. 

Diperkirakan akan ada bahan baku impor yang pangsanya mencapai 20 persen.

Tidak hanya persoalan kuantitas, Sobur juga mengkhawatirkan penurunan kualitas bahan baku yang dihasilkan Perhutani. 

Hal tersebut juga diakui oleh Direktur Perencanaan dan Pengembangan Perum Perhutani, Endung Trihartaka.

Ia menyebut bahwa pihaknya akan menyediakan banyak kayu jati dengan grade A1 dibandingkan sebelumnya.

Namun, ia menyebut, Perhutani juga sedang mengembangkan spesies baru yang dikembangkan dari pucuk. 

Spesies baru ini diharapkan bisa dipanen lebih singkat dari sebelumnya yang harus mencapai delapan puluhan tahun sebelum ditebang. 

“Kami bekerjasama dengan Univesitas Gajah Mada dalam riset dan pengembangannya,” tutup Endung.