Membuat Menangis (dan tertawa) juga Hiburan

Oleh : Herry Barus | Jumat, 02 September 2022 - 13:13 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Film dengan judul sama produksi korea pernah dibuat tahun 2013. Kini, tahun 2022 juga beredar film dengan judul Miracle in Cell no 7 versi Indonesia.

“Hal ini sudah jamak dilakukan dan tidak perlu menuduh plagiat atau meniru. Karena film ini dibuat sudah seijin versi asli dan tentu ada adaptasi ke Budaya lokal yang juga lagi lagi seijin dari pembuat asli di korea sana. Hal yang sama pernah dilakukan oleh Turki terhadap film ini, ujar Iwan Seriawan pengamat seni budaya, Jumat (2/9/2022)

Jadi ada film yang mengadaptasi novel, cerpen ada juga yang mengadaptasi film lain. Seperti Miracle in cell no 7 ini.

Tujuannya  lanjut Iwan yang juga pengamat perfilman Naional bisa saja sesederhana mendompleng kesuksesan, karena versi korea sukaes ditonton oleh jutaan penonton. Siapa tahu jika dibikin versi Indonesia juga bisa sukses.

Bisa juga ada tantangan artistik yang menggoda jika dibuat versi Indonesia, bagaimana ya ? Dengan ada sentuhan Indonesia apa yang perlu diubah atau dipertahankan ?

Karena apa yang sedih atau lucu di versi korea, akan tetap sedih dan lucu jika begitu saja dimainkan dalam versi Indonesia. Malah mungkin bisa jadi sebaiknya, diharapkan sedih malah jadi lucu atau sebaliknya.

Dalam permainan inilah film ini menjadi punya daya tarik dan menggugah rasa penasaran. Adalah lebih lucu ? Sedih ? Atau malah gagal ? Akankah sebagus versi asli ? Atau malah jadi film yang justru "Baru" ?

Film ini dibuka dengan Kartika dewasa yang mengumpulkan teman-teman ayahnya. Ada usaha untuk Peninjauan kembali terhadap kasus Ayahnya yang didakwa hukum Mati namun belum ada eksekusi.

Kemudian cerita mundur ke masa kaetika masih kecil yang hidup dengan ayahnya Dodo Rozak yang terbelakang. Pola seorang anak dan ayah yang terbelakang sudah cukup untuk meneras air mata penonton

Ditambah konflik yang mendapati Dodo dalam keadaan bugil bersama seorang anak gadis yg juga bugil namun sudah meninggal di pinggir kolam renang.

“Polisi, media  hingga pollitik kut masuk di sini. Komedi juga mulai dimasuki dalam karakter Indro Warkop, Tora Sudiro, Indra Jegel, Rigen serta Brian DomaniJuga ada Doni Sumargo yang bermain sebagai sipir yang masuk dalam konflik, lanjut Iwan Setiawan.

Ibarat menonton horor yang memang dicari adalah rasa takut, begitu juga film ini. Dari awal hingga akhir sutradara maupun penulis dengan sengaja menebar kesedihan dan tawa di berbagai pojok adegan.

Dan berhasil.

 

Dengan akting Vino Bastian yang membawakan lelaki yang terbelakang harus adu akting dengan anak perempuan yang lugu, tentu formula yang sedemikian rupa di"mainkan" untuk menguras air mata penonton

Adegan sedih seperti perpisahan atau pemukulan atau lainnya dimainkan dengan baik dan berhasil

Juga adegan komedi yang slapstik atau situasi berhasil memancing tawa.

Selama kurang lebih dua jam penonton dijejali adegan sedih berselang seling dengan tawa yang dengan cerdas berhasil nyempil.

Mungkin saja ditemukan adegan yang "aneh" atau membuat kita bertanya-tanya apa iya seperti ini ada di alam nyata ? Taapi  sepertinya hal itu sah saja karena  sangat menghibur . Juga karakter hitam putih yang begitu saja di papar. Bahwa politik itu jahat, polisi suka memukul atau malah lucu. Ini film hiburan dan sah saja memotret demikian.

Saat jumpa pers pihak korea menyatakan kegembiraannya terhadap versi Indonesia. Penonton juga menangis dan tertawa sepanjang film . Film ini berhasil menjadi hiburan buat semua.