Asaki Makin Agresif Rebut Pasar Malaysia, Filipina Hingga Thailand

Oleh : Ridwan | Selasa, 14 Juni 2022 - 12:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) semakin agresif menggarap pasar ekspor.

"Kami masih optimis target ekspor tahun 2022 bertumbuh 15%," kata Ketua Umum Asaki Edy Suyanto kepada INDUSTRY.co.id di Jakarta, Selasa (14/6).

Adapun negara tujuan utama ekspor antara lain, Filipina, Malaysia dan Thailand yang masih terus menunjukkan tren peningkatan permintaan di tengah resesi ekonomi global.

Menurut Edy, kapasitas produksi industri keramik di Filipina tidak mampu memenuhi permintaan pasar dalam negerinya sehingga membutuhkan produk keramik dari Indonesia.

"Sedangkan untuk Malaysia dan Thailand permintaan keramik dari Indonesia meningkat setelah daya saing industri keramik Indonesia membaik pasca dukungan harga gas USD 6 per MMBTU," tutur Edy.

Disisi lain, lanjut Edy, kinerja industri keramik nasional terus menunjukkan perbaikan yang signifikan, dimana berdasarkan data Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), tingkat utilisasi pada periode Januari - Mei 2022 berada di level 80%.

Angka tersebut sedikit mengalami penurunan, dikarenakan pada bulan Mei 2022 tingkat utilisasi berada di level 75%.

"Penurunan kapasitas produksi di bulan Mei merupakan penurunan yang terjadwal, dimana industri keramik memanfaatkan momentum libur lebaran untuk melakukan kegiatan maintenance peralatan mesin produksi sampai overhaul mesin," kata Edy.

Asaki optimis volume produksi industri keramik akan bertumbuh 15% di tahun 2022 ini, dengan target produksi 475-480 juta meter persegi (m2) dan tingkat utilisasi mencapai 85%.

Dijelaskan Edy, optimisme tersebut didukung dengan permintaan keramik secara tren tahunan akan mengalami 'peak season' di setiap semester dua khususnya pada kuartal III.

"Kinerja ekspor juga cukup baik dan masih bertumbuh positif sekitar 12% untuk periode kuartal I-2022 ini," terangnya.

Selain itu, lanjut Edy, bukti nyata dari optimisme industri keramik pasca keberhasilan pemerintah mengendalikan pandemi Covid-19 yang telah disertai dengan pemulihan ekonomi nasional, serta pemberian harga gas USD 6 per MMBTU.

Menurut Edy, insentif harga gas telah terbukti meningkatkan saya saing industri keramik dan membuat langkah industri keramik semakin mantap memasuki zona ekspansif.

"Terbukti tahun 2021 ada tambahan kapasitas produksi baru sebesar 13 juta m2 dan tahun 2022 ini ada ekspansi baru 35 juta m2 dengan total capex mencapai Rp3 triliun dan diharapkan ada penyerapan tenaga kerja baru sekitar 3 - 4 ribu orang," papar Edy.