Jelang Lebaran Industri Tekstil Tanah Air 'Ketar-ketir' Diserang Produk Impor

Oleh : Ridwan | Senin, 04 April 2022 - 15:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Industri tekstil Tanah Air tengah khawatir jelang Lebaran  tahun ini. Hal ini ditenggarai masuknya barang impor secara ilegal yang akan mereduksi kinerja produk lokal di pasaran.

"Kami dengar barang impor sudah mulai masuk. Nah itu pasti ilegal. Karena pemerintah sudah keluarkan safeguard, safeguard itu bea masuknya sangat tinggi," kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Dengan adanya safeguard, jelas Redma, pakaian-pakaian impor tidak mungkin bisa masuk ke Indonesia, kecuali produk-produk highend.

"Kalau legal, pakaian-pakaian impor engga mungkin bisa masuk. Kecuali yang highend, yang harga kainnya Rp 500 ribu per pcs. Tapi kalau Rp 50-100 ribu nggak mungkin bisa masuk," tambahnya.

Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah untuk segera turun tangan melakukan penertiban. Tidak hanya pada penjualan langsung, tapi juga di platform daring.

"Kalo ada barang ilgeal masuk, dan tidak di handle, itu akan merugikan kita. Terutama di sisi hilir, karena kan tinggal jual ke ritel, sehingga dampaknya peritel lainnya harus bersaing dengan produk impor karena barangnya lebih murah," terang Redma.

Disisi lain, lanjutnya, industri tekstil nasional diproyeksi kembali bergeliat menjelang Lebaran tahun 2022. Hal ini ditandai dengan semakin banyak pengusaha tekstil yang melakukan investasi mesin.

"Jelang Ramadan dan Idul Fitri permintaan konsumen mengalami peningkatan yang signifikan sehingga membuat perusahaan harus menambah kapasitas produksi," katanya.

"Bahkan saya dapat laporan dari teman-teman IKM banyak dari mereka yang kekurangan tenaga kerja karena banyaknya pesanan jelang Lebaran," tambah Redma.

Lebih lanjut, Redma membeberkan, di momen hari raya umat muslim ini, kenaikan utilitas kapasitas produksi di sektor hulu pada rayon meningkat hampir 95 persen, padahal biasanya hanya sekitar 80 persen.

"Kemudian di polyester kini juga sampai 85 persen, biasanya di bawah 70 persen. Artinya peningkatan yang sama juga terjadi pada sisi hilirnya di momen lebaran tahun ini," tandasnya.