Membaca Arah Industri Energi di 2016

Oleh : Meutia Febrina | Sabtu, 30 April 2016 - 15:53 WIB

Membaca Arah Industri Energi di 2016
Membaca Arah Industri Energi di 2016

INDUSTRY.co.id - Anjloknya harga minyak dunia hingga memasuki level USD30 per barel, dan rontoknya harga saham bursa Tiongkok di bulan Januari ini menandai era ekonomi baru diversifikasi energi dan percepatan hilirisasi ekonomi ekstraktif. Bagaimana peta industri energi dan tambang di Indonesia 2016?

Pendiri PDBI Christianto Wibisono mengatakan, Indonesia harus menggalakkan investasi sektor ESDM menyongsong era diversifikasi energi yang terbarukan pasca shale oil dan penurunan sumber energi fosil. Pembangunan industri hilir sektor pertambangan akan memperoleh prioritas dan dorongan utama untuk kenaikan nilai tambah ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia keseluruhan.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Muhammad Hidayatt mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri energi dan mineral saat ini adalah anjloknya harga minyak dan batu bara.

“Dalam beberapa tahun terakhir, harga minyak dunia dan batubara di Indonesia kian turun. Ini tentu menjadi tantangan bagaimana kita memenuhi kebutuhan minyak di masa yang akan datang. Kemudian juga batu bara, ini jelas sekali hampir semua pelaku batu bara marginnya negatif,” ujar dia di Jakarta baru-baru ini.

Hidayat mengatakan, adapun beberapa proyek strategis tersebut mulai dari diversifikasi energi, peningkatan eksplorasi migas, dan pembangunan insfrastruktur migas. Kemudian pembangunan pembangkit listrik 35 GW, hilirisasi industri minerba dan konsolidasi industri tambang.

“Ini amanah dalam UU minerba. Sehingga tidak ada lagi ekspor dalam bentuk konsentrat. Dan ini yang kita pacu untuk pembangunan smelter dalam negeri,” kata dia.

Hidayat menjelaskan, terkait diversifikasi energi ke depannya energi baru dan terbarukan akan menjadi tumpuan dikala energi fosil habis. Tahun pun 2025 ditargetkan penggunaan energi fosil akan diturunkan dan penggunaan energi terbarukan seperti batu bara dan gas bumi akan semakin ditingkatkan.

Itu jugalah yang menjadi alasan pemerintah mengeluarkan kebijakan Dana Ketahanan Energi (DKE) beberapa waktu lalu. Namun, sayangnya belum diketahui bagaimana kelanjutan dana ‘pungutan’ ini karena terlanjur mengundang pro dan kontra.

“Dana ketahanan energi diperlukan untuk mengembangkan energi terbarukan tersebut,karena suatu saat energi fosil kita akan habis. Saat ini saja kita mengimpor 800ribu barel per hari. Produksi minyak mentah kita turun sementara kebutuhan BBM meningkat. Lalu yang kedua yakni energi listrik. Saat ini ada 12 ribuan desa di Indonesia yang belum menikmati listrik. Dengan dana tersebutlah kita dapat membangun insfrastruktur energi,” papar dia.

Pertamina ‘tertekan’

Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan tahun 2016 adalah tahun yang penuh tantangan. Dwi mengakui, ditengah tekanan harga minyak dunia yang terus anjlok pihaknya akan terus melakukan efisiensi.

“Dengan harga minyak dunia yang sangat rendah saat ini akan menjadi menarik dan tantangan bagi Pertamina. Banyak perusahaan minyak yang berguguran,” kata dia.

Dalam presentasinya, Dwi menjelaskan harga minyak dunia sudah terhempas 70% dalam 18 bulan terakhir. Ini membuat keuntungan perusahaan migas di dunia rata-rata turun 40-70%. Berkaca dari situasi tersebut, ada beberapa langkah yang harus diambil oleh Pertamina. Salah satunya adalah dengan menurunkan biaya operasi hingga 30 persen.

“Kalau harga di bawah 30 sangat berat, kita putuskan turunkan biaya operasi sebanyak 30 persen. Kalau itu sudah bisa diatasi, berbagai hal termasuk kesejahteraan karyawan akan kita evaluasi,” katanya.

Evaluasi ini, kata dia, menyangkut proses bisnis di lembaga. Dimulai dari hulu, hingga ke hilir akan dievaluasi dan dibuat sependek mungkin. Termasuk, renegosiasi terhadap biaya jasa yang selama ini berkontribusi terhadap biaya operasional.

“Pertanyaannya apakah kita harus puasa,” tutur dia.

Dwi tidak mengelak ketika ditanya soal adanya kemungkinan untuk melakukan pemutusan tenaga kerja (PHK). Namun, kata dia, PHK adalah langkah terakhir yang akan diambil, artinya pihaknya akan mengusahakan berbagai cara terlebih dahulu sebelum mengambil pilihan terakhir “memulangkan” karyawannya.

“PHK pilihan terakhir, kalau bisa kita sama-sama puasa kurangi kesejahteraan dan yang penting kita survive,” ujar dia.

Selain menghadapi tantangan anjloknya harga minyak dunia, ada 5 proyek strategis yang akan dilakukan Pertamina menuju kemandirian energi. Pertama, pengembangan sektor hulu. Kondisi saat ini, gap yang ada di sektor hulu antara market dan kapasitas pabriknya sangat besar. Kedua yaitu efisiensi di distribusi, dan yang ketiga adalah revitalisasi kilang. Ketga dari sisi kilang kbtuhan indo 1,5juta barel ler hari. kompleksitas kilang nasional jg sgt rendah (efusiensi ilang).

“Kebutuhan BBM di Indonesia 1,5juta barel per hari. Sedangkan saat ini kompleksitas kilang nasional kita juga sangat rendah,makanya kita akan upayakan pembangunan kilang,” katanya.

Terkait pembangunan kilang, ini yang sempat diperdebatkan. Kita selama ini begitu bergantung dengan Singapura. Dwi mengatakan, pihaknya saat ini tengah membangun beberapa kilang hingga tahun 2022. Diantaranya seperti di Dumai, Cilacap dan Balongan. Untuk pengembangan tiga kilang tersebut, Pertamina menggandeng Saudi Aramco. Melalui pengembangan kilang tersebut akan meningkatkan kapasitas kilang yang saat ini 850 ribu barel dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1,5 juta barel minyak per hari dalam lima tahun ke depan.

Terakhir adalah terkait pengembangan insfrastruktur. Adapun yang menjadi fokus Pertamina adalah terkait insfrastruktur gas yang dirasa masih sangat minim. Dwi mengakui tidak mudah untuk membenahi sektor ini. Ia mengatakan, tentu saja ini butuh persiapan banyak dalam mengembangkan insfrastrukturnya, setidaknya 7-10 tahun.

“Tetapi di tahun pertama ini kami fokus dulu di efisiensi disamping menyelesaikan persiapan untuk investasi,” kata dia.

‘Jurus’ PDBI

Melihat berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh sektor energi di 2016, PDBI memberikan ‘resep’ sukses bagi pembangunan sektor ESDM. Diantaranya :

1. Penurunan harga migas dunia dan persaingan dari energi non-fosil terbarukan mulai dari shale oil hingga minyak nabati sebagai alternatif BBM berbasis fosil.
2. Konsolidasi 4 BUMN Pertambangan, Aneka Tambang, Bukit Asam, Inalum dan Timah akan berkekuatan asset berkisar Rp. 100 Triliun.
3. Kesiapan Kementerian ESDM, BKPM, SKK Migas dan investor migas untuk meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi migas Indonesia ditengah volatility harga migas dunia
4. Kesiapan sektor korporasi Indonesia meningkatkan kapabilitas mereka di sektor ESDM dengan rencana investasi infrastruktur pemerintah 35.000- Megawatt. Meutia Febrina

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Sidharth Malik, CEO, CleverTap

Kamis, 25 April 2024 - 19:51 WIB

CleverTap Boyong 10 Penghargaan Bergengsi di Stevie Awards 2024

CleverTap, platform engagement all-in-one, membawa pulang 10 penghargaan bergengsi dari Stevie Awards 2024, platform penghargaan bisnis pertama di dunia. Perusahaan mendapat pengakuan global…

Adi Nugroho, Praktisi HRD, Mahasiswa Magister Fakultas Management Technology President University.

Kamis, 25 April 2024 - 19:40 WIB

Anda Lulusan SMK : Penting Untuk Memiliki Strategi 'Memasarkan' Diri

Perkembangan teknologi dan komunikasi telah membawa manusia pada era industry 4.0. Perkembangan tersebut membawa perubahan disetiap lini kehidupan termasuk di ranah Pendidikan dan industri.…

Diskusi bertajuk Tuntutan Implementasi Bisnis Properti & Pembiayaan Hijau (Foto: Ridwan/Industry.co.id)

Kamis, 25 April 2024 - 19:33 WIB

Kian Prospektif, Stakeholder Harap Insentif Properti Hijau

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berupaya mendorong konsep bisnis berkelanjutan di sektor properti termasuk sektor pembiayaannya.

Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan

Kamis, 25 April 2024 - 17:21 WIB

Pegadaian Catat Laba Rp.1,4 T di Kuartal I/2024

PT Pegadaian mencatat kinerja positif pada periode tiga bulan pertama di Tahun 2024. Tercatat pertumbuhan Aset sebesar 14,3% yoy dari Rp. 76,1 triliun naik menjadi Rp. 87 triliun. Kemudian Outstanding…

RUPST PT Dharma Polimental Tbk.

Kamis, 25 April 2024 - 17:11 WIB

Ditengah Situasi Wait & See, Penjualan DRMA Tetap Stabil di Rp1,34 Triliun di Kuartal 1 2024

Emiten manufaktur komponen otomotif terkemuka di Indonesia, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) membagikan dividen tunai sebesar Rp171,29 miliar kepada para pemegang saham.