TVRI Mampu Bersaing Secara Global, Asalkan....
Oleh : Herry Barus | Sabtu, 15 April 2017 - 08:26 WIB
Televisi Republik Indonesia (TVRI). (Foto: IST)
INDUSTRY.co.id - Jakarta,- Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Televisi Republik Indonesia (TVRI) ke depan sudah harus mengaplikasikan perangkat lunak berbasis teknologi digital. Pasalnya, penggunaan piranti lunak ini justru akan lebih menghemat bagi anggaran pengadaan investasi peremajaan peralatan siar stasiun televisi tertua di Indonesia tersebut yang sudah jauh ketinggalan jaman.
Demikian disampaikan salah satu calon Dewan Pengawas TVRI Edi Winarto saat mengikuti uji kepatutan dan kelayakan and proper test) di hadapan Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR-RI, di ruang rapat Komisi I DPR-RI, Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Senin (10/4/2017)
"Biaya pengadaan peralatan digital jauh lebih murah dari peralatan konvensional, prioritas inilah yang ingin kita dorong kepada direksi pengelola TVRI nantinya," ujar praktisi media yang sudah 17 tahun menggeluti dunia pertelevisian ini saat dihubungi INDUSTRY.co, Sabtu (15/4/2017)
Dalam paparan visi dan misinya, selain mereview kembali regulasi TVRI dan penataan organisasi, Edi memaparkan niat konkritnya untuk menjadikan penyiaran TVRI sejajar dengan kanal penyiaran kelas global seperti NHK Jepang, BBC, News Channel Asia.
Menjawab pertanyaan beberapa anggota Komisi I DPR RI mengenai kiat-kiat apa saja agar ke depan TVRI bisa bersaing dengan lembaga penyiaran asing seperti BBC, NHK Jepang, News Channel Asia, Edi menjawab kunci utamanya ada di on air look TVRI dan reorientasi program yang lebih menonjolkan ke Indonesiaan.
"Program siaran TVRI selama ini sudah cukup lumayan, namun kualitas tayangan di layar nya masih belum bisa bersaing dengan kualitas televisi swasta maupun asing, ini yang harus dibenahi oleh direksi, dan sebenarnya tidak sulit untuk memperbaiki kualitas tersebut, ada caranya dan tidak sulit," ujar pria yang pernah ikut membantu dan merancang pendirian beberapa stasiun televisi lokal tersebut.
Menurut Edi Winarto, TVRI harus didorong menggunakan perangkat digital karena ia ingin TVRI menjadi pioner dalam menghadapi persaingan dunia penyiaran. "Di era digital saat ini persaingan sudah tidak lagi antar negara tapi sudah persaingan global, kalau kita tidak beradaptasi dengan cepat maka kita akan ditinggalkan pemirsa," katanya.
Menjawab pertanyaan Komisi I DPR RI soal terbatasnya anggaran TVRI, Edi menyebutkan bahwa penggunaan teknologi digital justru lebih mengefisiensikan operasionalisasi penyiaran lembaga penyiaran publik ini. "Penggunaan teknologi digital menjadikan biaya lebih hemat dibanding menggunakan peralatan konvensional," katanya.
Terkait pertanyaan berapa biaya pengadaan teknologi digital. Menurut Edi, pengadaan piranti digital akan jauh lebih efisien jika menggunakan SDM kreatif anak negeri. "Kita jangan memandang sebelah mata dengan karya anak bangsa, saya punya visi teknologi digital yang digunakan TVRI idealnya dibangun oleh putra putri bangsa kita sendiri," katanya.
Disclaimer
Komisi I DPR juga menyoroti soal disclaimer dan utang yang ada di tubuh manajemen TVRI. Menjawab pertanyaan terkait disclaimer, Edi berjanji jika terpilih sebagai Dewan Pengawas dirinya akan mendiskusikan dengan direksi dan konsultasi dengan Komisi I DPR RI untuk membentuk tim audit guna menelusuri penilaian disclaimer. "Jika ditemukan pelanggaran prosedur yang mengarah pada tindakan hukum maka akan bisa dikenai sanksi," paparnya.
Komisi DPR RI Senin (10/4/2017) menggelar fit and proper test terhadap 8 calon Dewas TVRI. Uji kepatutan dan kelayakan tersebut dilakukan dua sesi.
Sesi pertama pagi hari dengan calon yang diuji Adam Bachtiar, Antar MT Sianturi, Dudi Hendra Syahlani, Arief Hidayat Thamrin dan Dudi Hendrakusuma Syahlani.
Sesi kedua siang hari diikuti empat kandidat yakni, Eddy Kurnia, Edi Winarto, Made Ayu Dwie Mahenny, dan Maryuni Kabul Budiono.
Komisi I DPR masih akan menggelar fit and proper test di hari kedua dengan menghadirkan tiga kandidat yakni Pamungkas Trishadiatmoko, Supra Wimbarti dan Yazirwan Uyun.
Komentar Berita