Indonesia Harus Bergerak Adopsi ASEAN 4.0

Oleh : Ridwan | Senin, 11 Februari 2019 - 11:06 WIB

Presiden RI Joko Widodo bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
Presiden RI Joko Widodo bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa negara-negara di ASEAN sudah bergerak mengadopsi ASEAN 4.0 yang dipimpin Thailand. 

"Sehingga sudah seharusnya Indonesia ikut mengambil bagian. Dalam pembahasan World Economic Forum (WEF) 2019, memang kuncinya adalah bagaimana kita membuat industri itu siap," katanya di Jakarta, Senin (10/2).

Bagaimana potensi Indonesia? Menperin menegaskan, sejumlah industri nasional telah mampu berdaya saing global di era digital. Perusahaan yang sudah menjadi percontohan dalam penerapan industri 4.0, di antaranya PT Schneider Electric Manufacturing Batam di sektor industri elektronika dan PT Chandra Asri Petrochemical di industri kimia.

Selanjutnya, PT Mayora Indah Tbk di industri makanan dan minuman, Sritex di industri tekstil dan pakaian, serta PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia di industri otomotif. Di industri-industri tersebut sudah diaplikasikan teknologi digital, seperti artificial intelligent dan internet of things.

"Beberapa industri itu tidak hanya menjadi percontohan di Indonesia, tetapi juga bagi Singapura. Bahkan, mereka akan dijadikan sebagai lighthouse di negara-negara Asean lain," imbuhnya. 

Merujuk data WEF tahun 2017, Indonesia berada di peringkat kelima dunia, melalui peranan kontribusi sektor industri pengolahan kepada produk domestik bruto (PDB) nasional.

Negara-negara industri di dunia, kontribusi sektor manufakturnya terhadap perekonomian rata-rata sekitar 17 persen. Lima negara yang sektor industri pengolahannya mampu menyumbang di atas rata-rata tersebut, yakni China (28,8%), Korea Selatan (27%), Jepang (21%), Jerman (20,6%), dan Indonesia (20,5%). Artinya, PDB manufaktur Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asean.

“Selain itu, apabila melihat indeks daya saing global, yang saat ini diperkenalkan metode baru dengan indikator penerapan revolusi industri 4.0, peringkat Indonesia naik dari posisi ke-47 pada tahun 2017 menjadi level ke-45 di 2018," ungkap Airlangga.

Lebih lanjut, menurutnya, industri 4.0 sangat penting karena mengingatkan dunia industri untuk melakukan capital expenditure (capex) atau alokasi anggaran untuk perbaikan, misalnya melakukan perbaikan alat produksi serta modernsisasi agar bisa berdaya saing. 

"Dari tahun 2000-an, China investasinya sudah besar-besaran, sehingga menjadi power house," ungkapnya.

Bahkan, negara-negara di dunia yang berbasis manufaktur menilai bergulirnya era industri 4.0 sebagai hal penting karena akan menjadi peluang dalam mendorong pertumbuhan ekonominya. Hal ini tercermin dari penyiapan berbagai program dan kebijakan yang disusun dalam peta jalan mereka.

"Awalnya Jerman yang mulai memperkenalkan industri 4.0 pada 4-5 tahun lalu. Kemudian negara-negara lain, termasuk di Asia ikut mengadopsi. Misalnya, India mempunyai Make in India dan Thailand punya Thailand 4.0," sebutnya.

Melihat perkembangan tersebut, Indonesia turut menyatakan kesiapannya untuk memasuki era industri 4.0. Langkah ini diwujudkan melalui peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0 oleh Presiden Joko Widodo pada 4 April 2018.

"Di dalam roadmap, terdapat 10 program prioritas nasional yang akan dijalankan, dengan aspirasi besarnya adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030," ungkap Menperin.

Guna mendorong industri nasional berdaya saing global di era digital, pemerintah mendorong lima sektor industri untuk menjadi kunci, yakni eletronik, otomotif, kimia, makanan dan minuman, serta tekstil dan pakaian. Alasan Kemenperin memilih lima sektor itu, karena 60 persen pertumbuhan ada di sektor-sektor tersebut, kemudian ekspor paling tinggi ada di lima sektor tersebut, dan tenaga kerja di lima sektor itu pun sudah siap. 

Airlangga menambahkan, meski pemerintah telah memilih lima sektor pionir, bukan berarti sektor lain tidak menjadi prioritas. "Misalnya, industri semen kapasitasnya sudah 100 juta ton per tahun, industri baja pun sudah terhubung dengan industri yang terkait," jelasnya.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Panglima Jenderal TNI Agus Subiyanto Pimpin Upacara HUT Ke-78 TNI AU

Rabu, 24 April 2024 - 04:29 WIB

Panglima Jenderal TNI Agus Subiyanto Pimpin Upacara HUT Ke-78 TNI AU

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto memimpin Upacara HUT Ke-78 TNI AU, bertempat di Lapangan Dirgantara Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, Jawa Tengah, Senin (22/4/2024).

Menhan Prabowo Subianto Terima Kunjungan Kehormatan Menlu Singapura

Rabu, 24 April 2024 - 03:52 WIB

Menhan Prabowo Subianto Terima Kunjungan Kehormatan Menlu Singapura

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menerima kunjungan kehormatan The Minister For Foreign Affairs of Singapore (Menteri Luar Negeri Singapura) H.E Mr. Vivian Balakrishnan yang didampingi…

ASOPS Dankormar Buka Rekernisops 2024

Rabu, 24 April 2024 - 03:45 WIB

ASOPS Dankormar Buka Rekernisops 2024

Rapat Kerja Teknis Staf Operasi Korps Marinir Tahun 2024, secara resmi saya nyatakan dibuka oleh Asisten Operasi Komandan Korps Marinir (Asops Dankormar) Kolonel Marinir Nanang Saefullah, S.E.,…

Pengukuhan Nia Kurnia sebagai Bunda Literasi Sumenep di acara Madura Writers Readers Festival 2024.

Selasa, 23 April 2024 - 23:38 WIB

Bupati Sumenep Buka Acara Madura Writers Readers Festival

Selain disemarakkan dengan kehadiran para penggerak literasi budaya, serta bazar buku murah, di Madura Writers Readers Festival 2024 juga diselenggarakan pengukuhan Nia Kurnia sebagai Bunda…

Strategi pemasaran (ist)

Selasa, 23 April 2024 - 22:57 WIB

Strategi Dalam Mempengaruhi Perilaku Pembelian Pelanggan

Dalam pasar yang kompetitif saat ini, memahami dan mempengaruhi perilaku pembelian pelanggan sangat penting agar bisnis dapat berkembang. Dengan munculnya teknologi baru dan berkembangnya preferensi…