Petani Desak Pemerintah Dukung Konversi Industri Sawit

Oleh : Herry Barus | Rabu, 19 Desember 2018 - 15:21 WIB

Kebun Kelapa Sawit (Ist)
Kebun Kelapa Sawit (Ist)

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Serikat Petani Indonesia (SPI) berharap Pemerintah dapat memberikan dukungan dana untuk membantu petani sawit yang ingin mengkonversi lahannya menjadi nonsawit, contohnya ke tanaman pangan.

"Petani-petani kita punya kapasitas untuk mengkonversinya, baik untuk jangka pendek atau jangka panjang. Kelapa sawit tua bisa ditebang, dalam waktu setahun bisa hasilkan jagung, pisang, ini untuk jangka pendek," kata Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih di Jakarta, Selasa (18/12/2018)

Ia berharap pemerintah memberikan dukungan tidak hanya untuk menaikkan harga kelapa sawit, tapi juga membantu petani agar bisa mengkonversi lahannya ke nonsawit, terutama pada masalah dana.

Hingga kini harga jual tandan buah segar (TBS) masih belum menguntungkan petani, salah satunya di Riau dengan harga berkisar Rp600 sampai Rp800 per kilogram.

Tak jauh berbeda dengan di Riau, petani SPI asal Asahan Sumatera Utara juga menyampaikan kalau harga TBS di daerahnya berkisar Rp600 sampai Rp900 per kilogram.

"Kalau harga segitu kami petani pasti merugi, minimal harga berkisar Rp1.200 per kilogram," kata Wagimin, salah satu petani SPI asal Sumatera Utara.

Oleh karenanya, SPI mendukung imbauan Presiden Joko Widodo yang menginginkan agar petani Indonesia tidak tergantung pada sawit, tetapi mengkonversi tanamannya untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, dan tanaman hortikutura, bisa juga buah-buahan seperti durian, manggis, dan jengkol.

Menurut Henry, sudah banyak petani SPI yang mengkonversi lahannya dari sawit ke tanaman pangan, seperti di daerah Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara yang beralih menanam padi.

Kebun-kebun sawit juga, kata dia, bisa dikonversi untuk ladang peternakan sapi, kerbau atau kambing, karena hari ini Indonesia masih impor sapi, kerbau, dan susu, dalam jumlah besar.

SPI pun mengaku tidak kesulitan untuk mengkonversi lahan perkebunan sawit karena peralihan ini sudah diperdiksi terjadi karena sawit Indonesia sangat bergantung pada pasar global.

Henry mengingatkan terjadi "over production" dari tanaman sawit karena pemerintahan tidak memiliki perencanaan dalam menanam seberapa banyak kelapa sawit.

"BPS memprediksi luas kebun kelapa sawit kita ada 14 juta hektar lebih, bahkan ada yang memprediksikan lebih dari jumlah tersebut. Ini karena tidak ada perencanaan yang baik. Jadi kami menyambut baik keputusan moratorium kelapa sawit yang dilakukan pemerintahan sekarang," katanya.(Ant)

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Sidharth Malik, CEO, CleverTap

Kamis, 25 April 2024 - 19:51 WIB

CleverTap Boyong 10 Penghargaan Bergengsi di Stevie Awards 2024

CleverTap, platform engagement all-in-one, membawa pulang 10 penghargaan bergengsi dari Stevie Awards 2024, platform penghargaan bisnis pertama di dunia. Perusahaan mendapat pengakuan global…

Adi Nugroho, Praktisi HRD, Mahasiswa Magister Fakultas Management Technology President University.

Kamis, 25 April 2024 - 19:40 WIB

Anda Lulusan SMK : Penting Untuk Memiliki Strategi 'Memasarkan' Diri

Perkembangan teknologi dan komunikasi telah membawa manusia pada era industry 4.0. Perkembangan tersebut membawa perubahan disetiap lini kehidupan termasuk di ranah Pendidikan dan industri.…

Diskusi bertajuk Tuntutan Implementasi Bisnis Properti & Pembiayaan Hijau (Foto: Ridwan/Industry.co.id)

Kamis, 25 April 2024 - 19:33 WIB

Kian Prospektif, Stakeholder Harap Insentif Properti Hijau

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berupaya mendorong konsep bisnis berkelanjutan di sektor properti termasuk sektor pembiayaannya.

Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan

Kamis, 25 April 2024 - 17:21 WIB

Pegadaian Catat Laba Rp.1,4 T di Kuartal I/2024

PT Pegadaian mencatat kinerja positif pada periode tiga bulan pertama di Tahun 2024. Tercatat pertumbuhan Aset sebesar 14,3% yoy dari Rp. 76,1 triliun naik menjadi Rp. 87 triliun. Kemudian Outstanding…

RUPST PT Dharma Polimental Tbk.

Kamis, 25 April 2024 - 17:11 WIB

Ditengah Situasi Wait & See, Penjualan DRMA Tetap Stabil di Rp1,34 Triliun di Kuartal 1 2024

Emiten manufaktur komponen otomotif terkemuka di Indonesia, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) membagikan dividen tunai sebesar Rp171,29 miliar kepada para pemegang saham.