AYAH, PKI ITU APA SIH?

Oleh : Anab Afifi, CEO Bostonprice Asia | Senin, 01 Oktober 2018 - 07:00 WIB

Anab Afifi sebagai inisiator dan pendiri IARF dan CEO Bostonprice Asia (Foto Ist)
Anab Afifi sebagai inisiator dan pendiri IARF dan CEO Bostonprice Asia (Foto Ist)

INDUSTRY.co.id - Maafkan ayahmu, Nak. Ayah masih berutang jawaban atas pertanyaanmu itu. 

Tiga tahun lalu, kau masih kelas lima SD. Tiba-tiba kau tanyakan hal itu. Rasa ingin tahumu begitu besar. Pertanyaanmu banyak. Kritis sekali. Dan kau tampak kecewa tidak memperoleh jawaban.

Siang itu kau mendapati meja kerja ayahmu yang berantakan. Penuh dengan tumpukan dokumen dan koran tua tahun-tahun 1960 an. Ada majalah, kliping, dan buku.  Saat itulah kau mengeja susunan tiga huruf: PKI.

Kau juga sempat membolak-balik beberapa buku. Menemukan nama-nama yang menurutmu terdengar aneh. Muso, Aidit, Njoto, dan lainnya. Lalu kau bertanya siapakah mereka itu?

Terus terang ayah terkejut. Tidak tahu harus menjelaskan dari mana. Ayah merasa belum waktunya. Ayah hanya bisa menjawab: “Kelak, pada saatnya kau akan mengetahuinya”.

Baiklah. Kini saatnya ayah melunasinya. Kau sudah kelas dua SMP. Usiamu sudah akil balig. Sudah harus mulai bisa menimbang baik dan buruk. Sudah tidak bisa lagi mengelak dari kewajiban dan perintah agama. 

Ketahuilah Nak. PKI adalah singkatan dari Partai Komunis Indonesia. Partai berlambang Palu Arit yang berlandaskan idiologi komunis. Idiologi yang menentang agama. Mereka mengatakan agama adalah candu. Mereka juga menentang konsep Ketuhanan Yang Maha Esa, Sila Pertama Pancasila, dasar negara kita.

Sudah berulang kali PKI melakukan aksi yang bertujuan mengganti Pancasila. Ingin mengganti bendera Merah Putih dengan Palu Arit. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka melakukan segala cara. Aksi-aksi mereka sungguh kejam. Menghabisi siapa saja yang tidak sepaham dengan komunis. Meninggalkan genangan darah di mana-mana.

Sekali lagi maafkan ayahmu, Nak. Ayah tahu, keterangan ini terasa aneh di telingamu. Karena memang di sekolahmu saat ini, pelajaran sejarah tidak lagi menulis apa dan siapakah itu PKI. Itulah yang menjadi sebab munculnya pertanyaanmu itu.

Untuk memperjelas itu, Ayah akan mengajakmu dan kawan-kawan sebayamu melakukan perjalanan ziarah panjang ke berbagai kota yang menjadi saksi kebengisan PKI. Barangkali, kau bisa namakan ziarah kekejaman PKI.

Kota pertama yang akan kau kunjungi adalah Tegal dan sekitarnya. Kekejian pertama PKI yaitu pada penghujung tahun 1945, tepatnya Oktober. Di kota ini, ada seorang tokoh pemuda PKI di Slawi, Tegal, Jawa Tengah, berjuluk Kutil, telah menyembelih seluruh pejabat pemerintah di sana. Banyak juga kiyai yang menjadi korban di sana.

Kutil juga melakukan kekejaman besar-besaran di Brebes dan Pekalongan. Si Kutil ini mengarak Kardinah, adik kandung R.A. Kartini, keliling kota dengan sangat memalukan. Syukurlah, ada yang berhasil menyelamatkan Kardinah, tepat beberapa saat sebelum Kutil memutuskan untuk mengeksekusi Kardinah.

Kota Lebak, Banten, juga akan bersaksi kepadamu. Kekejian ke dua datang dari Ce’Mamat, pimpinan gerombolan PKI dari Lebak, Banten. Gerombolan Ce’Mamat berhasil menculik dan menyembelih Bupati Lebak, R. Hardiwinangun di Jembatan Sungai Cimancak pada tanggal 9 Desember 1945.

Saat kau jalan-jalan ke Jakarta, melewati Jalan Otto Iskandar Dinata di selatan Kampung Melayu, ingatlah kisah pembunuhan tokoh nasional Otto Iskandar Dinata yang dihabisi secara keji oleh laskar hitam Ubel-Ubel dari PKI, pada Desember 1945.

Medan, ternyata banyak menyimpan kisah miris. Sebab, PKI juga menumpas habis seluruh keluarga di Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura, pada Maret 1946. Termasuk anak kecil. Mereka merampas harta benda milik kerajaan. Dalam peristiwa ini, putra Mahkota kerajaan Langkat, Amir Hamzah, yang dikenal sebagai penyair, ikut tertumpas. Tak ada lagi penerus kerajaan Langkat.

Di belahan lain Sumatra, yaitu Pematang Siantar, PKI menunjukkan kebrutalannya. Pada tanggal 14 Mei 1965, PKI melakukan aksi sepihak menguasai secara tidak sah tanah-tanah negara. Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) melakukan penanaman secara liar di areal lahan milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet IX Bandar Betsi.

Pembantu Letnan Dua Sudjono yg sedang ditugaskan di perkebunan secara kebetulan menyaksikan perilaku anggota PKI tersebut. Sudjono pun memberi peringatan agar aksi dihentikan. Anggota PKI bukannya pergi, justru berbalik menyerang dan menyiksa Sudjono. Akibatnya, Sudjono tewas dengan kondisi yg amat menyedihkan. 

Berbagai kota di Jawa Timur juga akan kita kunjungi. Kekejian di Jawa Timur, yaitu saat Gubernur Jawa Timur, RM Soerjo, pulang dari lawatan menghadap Presiden RI, Soekarno. Di tengah jalan, mobil Gubernur Soerjo bersama dua pengawalnya dicegat pemuda rakyat PKI. Soerjo diseret menggunakan tali sejauh 10 kilometer hingga meregang nyawa. Mayatnya dicampakkan di tepi kali.

Kita harus mampir ke Madiun. Kota kelahiran Kyai Sayid, kakek buyutmu.  Di sini nyaris saja kakek buyutmu disembelih kaki tangan Muso. Beruntung pasukan Siliwangi datang menyelamatkan nyawanya.

Di kota pecel ini banyak kyai sahabat kekek buyutmu menjadi korban. Diantaranya, Kyai Sulaiman dari Magetan ditimbun di sumur Soco bersama 200 santri lainnya, sembari tetap berdzikir, pada September 1948.

Kita juga miris mendengar kisah Kyai Imam Mursyid, pimpinan Pondok Pesantren Takeran, telah hilang tak tentu rimbanya. Kebetulan ayahmu ini pernah nyantri di pesantren Takeran. Kejadian itu tidak bisa dilupakan oleh keluarga Takeran dan para santrinya hingga kini.

Di kota ini juga terjadi pembunuhan 200 orang di pabrik Gula Gorang Gareng. Membuat genangan darah setinggi mata kaki. Ayah dari Sumarso Sumarsono yang disembelih di belakang pabrik gula dan baru ketemu rangka tubuhnya setelah 16 tahun kemudian. Bahkan, para PKI menyekap ulama dan santri di lumbung padi di Ngawi lalu dibakar.

Tak kurang lagi. Pesantren Gontor juga  jadi sasaran kekejaman PKI. Mereka membakar gedung. Pimpinannya dikejar-kejar akan dihabisi. Bersyurlah Allah masih melindungi. 

Hingga kapan pun, aku akan selalu menangis ketika teringat kisah Isro yang sekarang menjadi guru di Jawa Timur. Ketika dulu masih berumur 10 tahun pada tahun 1965, Isro hanya bisa memunguti potongan-potongan tubuh ayahnya yang sudah hangus dibakar PKI di pinggir sawah dan hanya bisa dimasukkan ke dalam kaleng. Sudah syukur Isro tidak terguncang jiwanya terus menerus dan bisa berkarya untuk bangsa ini.

Dalam perjalanan kita ke Blora nanti, kota itu akan bersaksi. Pasukan PKI menyerang Markas Kepolisian Distrik Ngawen, Kabupaten Blora, pada 18 September 1948. Setidaknya, 20 orang anggota polisi ditahan. Namun, ada tujuh polisi yang masih muda dipisahkan dari rekan-rekannya.

Setelah datang perintah dari Komandan Pasukan PKI Blora, mereka dibantai pada tanggal 20 September 1948. Sementara, tujuh polisi muda dieksekusi dengan cara keji. Ditelanjangi, kemudian leher mereka dijepit dengan bambu. Dalam kondisi terluka parah, tujuh polisi dibuang ke dalam WC dalam kondisi masih hidup, baru kemudian ditembak mati.

Kita juga akan mengunjungi Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Dungus. Di tempat itu, PKI akhirnya membantai hampir semua tawanannya dengan cara keji. Para korban ditemukan dengan kepala terpenggal dan luka tembak. Di antara para korban, ada anggota TNI, polisi, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, dan ulama.

Kota Wonogiri, Jawa Tengah, ternyata akrab dengan amis darah kekejian PKI yang menculik pejabat pemerintahan, TNI, Polisi, dan Wedana. Semua dijadikan santapan empuk PKI di sebuah ruangan bekas laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomoyo. Saat itu, PKI menyekap 212 orang, kemudian dibantai satu per satu dengan keji pada 4 Oktober 1948.

Siapa pun akan marah ketika mendengar kisah di Kanigoro. Saat itu, Pemuda Rakyat  PKI dan Barisan Tani Indonesia (BTI) sungguh-sungguh tidak beradab. Training Pelajar Islam Indonesia di Kecamatan Kras, Kediri, tanggal 13 Januari 1965, diserang. Massa Komunis ini menyiksa dan melakukan pelecehan seksual terhadap para pelajar Islam perempuan.

Tidak hanya sampai di situ. Massa PKI pun menginjak-injak Al-Quran. Itu membuktikan bahwa PKI memang tidak mengenal Tuhan. Mereka pun memiliki pertunjukan Ludruk dari LEKRA dengan lakon ”Matinya Gusti Allah”, "Sunate Malaikat Jibril", dan berbagai lakon lain yang biadab dan tak bisa dimaafkan.

Lubang Buaya di Jakarta adalah bukti otentik aksi kejam PKI dengan Gerakan 30 September 1965. Tidak tanggung-tanggung tujuh orang jenderal (Letjen TNI A. Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI M.T. Hardjono, Mayjen TNI S. Parman, Brigjen TNI D.I. Panjaitan, Brigjen TNI Soetodjo Siswomihardjo, dan Lettu Pierre Andries Tendean), dimasukkan ke dalam sumur. Para Gerwani dan Pemuda Rakyat bersorak dan bergembira ria melihat para Jenderal dimasukkan ke dalam sumur di Lubang Buaya di Jakarta Timur.

Ketahuilah, anakku. Semua negara Komunis di dunia ini melakukan pembantaian dan penyembelihan kepada rakyatnya sendiri. 

500.000 rakyat Rusia dibantai Lenin (1917-1923). 

6.000.000 petani Kulak Rusia dibantai Stalin (1929). 

40.000.000 dibantai Stalin (1925-1953). 50.000.000 penduduk Rakyat Cina dibantai Mao Tsetung (1974-1976). 2.500.000 rakyat Kamboja dibantai Pol Pot (1975-1979). 

1.000.000 rakyat Eropa Timur di berbagai Negara dibantai rejim Komunis setempat dibantu Rusia Soviet (1950-1980). 150.000 rakyat Amerika Latin dibantai rejim Komunis di sana. 

1.700.000 rakyat berbagai Negara di Afrika dibantai rejim Komunis, dan 1.500.000 rakyat Afganistan dibantai Najibullah (1978-1987).

Atas berbagai kekejaman itu, sudah selayaknya PKI dilarang selamanya. Jika bukan karena kesigapan para mujahid Islam dan penjaga NKRI ketika itu, sekarang ini kita belum tentu bisa hidup berbangsa dan bernegara dengan tenang. Ketahuilah anakku.

Sejak mendengar pertanyaanmu itu, ayah sangat terusik. Demi memperoleh jawabannya, ayah telah menemui para saksi dan korban kekejaman PKI 1948 - 1965. Keterangan mereka telah ayah sajikan dalam sebuah buku.

“Ayat-ayat yang Disembelih: Sejarah Banjir Darah Para Kyai, Santri, serta Penjaga NKIR dari Aksi-aksi Keji PKI.”

Semoga buku ini dapat menjadi peringatan bagimu dan generasimu untuk terus waspada. Menjaga NKRI dan Merah Putih yang kita cintai.

Banten, 1 Oktober 2018

ANAB AFIFI, penulis buku Ayat-ayat yang Disembelih

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi aset kripto

Selasa, 19 Maret 2024 - 16:06 WIB

Bitcoin Koreksi Setelah Cetak ATH, Ini Strategi yang Perlu Dipertimbangkan

Minggu lalu  menjadi perjalanan rollercoaster bagi investor Aset Kripto, karena Bitcoin (BTC) mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar $73,000 pada Kamis (14/3/2024), namun aksi profit-taking membawa…

Prof. Budi Soesilo Supanji

Selasa, 19 Maret 2024 - 15:48 WIB

President University Perkenalkan Budaya Indonesia di East-West Center AS

Ketua Yayasan President University Prof Budi Susilo Supanji akan bertolak ke Amerika Serikat (AS) dalam rangka menghadiri undangan East-West Center yang dibangun oleh Presiden John F Kennedy…

Penandatangan perjanjian kerjasama PT Easterntex dengan PLN

Selasa, 19 Maret 2024 - 15:46 WIB

Dukung Upaya Penggunaan Energi Bersih, PT Easterntex Beralih Menggunakan Listrik Dari PLN

PT Easterntex telah beralih dari penggunaan listrik yang berasal dari pembangkit milik pribadi menjadi menggunakan listrik yang disuplai oleh PT PLN (Persero) dengan kapasitas sebesar 15 Megawatt…

PT Pamapersada Nusantara Jalin Kerjasama Dengan PT Pelita Air Service

Selasa, 19 Maret 2024 - 15:37 WIB

Fasilitasi Perjalanan Dinas Karyawan, PT Pamapersada Nusantara Jalin Kerjasama Dengan PT Pelita Air Service

PT Pamapersada Nusantara dan Pelita Air Service melaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama terkait sarana transportasi pesawat untuk karyawan PAMA Group dalam melaksanakan perjalanan…

IFG Life

Selasa, 19 Maret 2024 - 15:22 WIB

Sabet Penghargaan Asuransi, IFG Life Tegaskan Komitmen Pulihkan Kepercayaan Publik

Dalam menjalankan bisnisnya, IFG Life menjunjung tinggi tata kelola yang baik dan manajemen risiko yang kuat dan penuh kehati-hatian. Perusahaan juga mengoptimalkan pemanfaatan teknologi untuk…