Rokok Murah: Si(Apa) yang Berpengaruh dan Terpengaruh?

Oleh : Herry Barus | Rabu, 12 September 2018 - 14:17 WIB

Rokok Murah: Si(Apa) yang Berpengaruh dan Terpengaruh? (Foto Dok Industruy.co.id)
Rokok Murah: Si(Apa) yang Berpengaruh dan Terpengaruh? (Foto Dok Industruy.co.id)

INDUSTRY.co.id - Jakarta– Di antara negara-negara Asia, rokok di Indonesia memiliki harga yang rata-rata yang sangat murah, dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand dan bahkan India. Pada 2015, Oxford Business Group mengungkapkan bahwa di Indonesia, rokok dapat dijual secara eceran dengan harga ratarata US$ 0,10 (atau sekitar Rp1.000) per batang.

1.Satu bungkus rokok di Indonesia dapat dijual seharga Rp 5.900,00 (0,45 US$), termasuk yang termurah di dunia. 2 Rata-rata harga satu bungkus rokok di Indonesia sekitar US$ 1,65 jauh lebih rendah dari harga rata-rata harga di dunia (yang adalah US$ 3,38), maupun di Asia Pasifik (yang adalah US$ 4.67). Harga rokok di Indonesia menduduki ranking rokok termurah peringkat 10 dari 36 negara Asia Pasifik.3

 “Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena rokok di Indonesia demikian terjangkau, dapat diakses bukan hanya oleh keluarga miskin – tetapi juga oleh anak-anak. Inilah yang mendorong kami untuk membangun wacana penetapan cukai dan harga rokok yang lebih tinggi demi pengendalian konsumsi yang lebih baik, utamanya di antara kedua kelompok konsumen tadi,” jelas Direktur Program Center for Indonesia’s Strategic Initiative (CISDI), Anindita Sitepu.

 Sejak Agustus 2018 lalu, CISDI secara rutin menggelar diskusi Ruang.Temu (baca: Ruang Titik Temu), untuk berbagi pemahaman dan mendorong pembentukan opini tentang tarif cukai dan harga rokok di Indonesia. Diskusi ke-2 yang diselenggarakan pada 6 September 2018 lalu menghadirkan tiga narasumber yaitu Nurul Luntungan (CISDI), Yasha Chatab (pakar branding dan komunikasi pemasaran) dan Laila Munaf (pegiat gaya hidup sehat dan pendiri Sana Studio), dipandu moderator Sari Soegondo (Founder dan Direktur Eksekutif ID COMM).

 Anindita menegaskan bahwa semua pihak perlu mendengar pendapat masyarakat awam tentang kegiatan transaksi dan budaya konsumsi rokok sehari-hari di lingkungan terdekat mereka. “Melalui kesempatan ini kita belajar bagaimana kelompok masyarakat yang telah memiliki kesadaran untuk mempraktikkan gaya hidup sehat dapat melindungi dirinya dari pengaruh informasi promosi rokok. Harga penjualan rokok menentukan bagaimana kegiatan pemasaran produk tersebut dilakukan, dan sebaliknya perlu cara pemasaran yang lebih terkendali bagi produk yang membahayakan kesehatan publik seperti rokok. Oleh sebab itu kali ini kami juga melibatkan para social influencers di bidang komunikasi pemasaran,” imbuhnya.  

Diskusi dibuka dengan mengungkapkan fakta bahwa harga jual saat ini masih belum memberi dampak optimal bagi penurunan angka perokok. “Saat ini di Indonesia, perokok aktif berjumlah 30% dari total populasi dan 60% didominasi oleh laki-laki. Fakta lain yang cukup mengerikan adalah jumlah perokok anak di bawah 18 tahun terus meningkat, yaitu dari 7,2 % di tahun 2009 menjadi 8,8 % di tahun 2016. Angka ini semakin jauh dari target Rencana Pembangungan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019 yang berada di 5,5%. Fakta ini menggambarkan bahwa belum ada dampak signifikan dari kenaikan harga rokok setiap tahunnya,” ungkap Nurul Luntungan.

Nurul juga menekankan pada dampak signifikan akibat tingginya prevalensi merokok di Indonesia, yaitu kerugian negara yang mencapai Rp 500 triliun, yang dihitung dari jumlah uang yang ‘dibakar’ untuk merokok, opportunity loss karena sakit akibat merokok, biaya pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh rokok, dan waktu produktif yang ‘hilang’ akibat merokok.

Menyentuh topik layanan kesehatan melalui BPJS, Nurul mengatakan, “Beban negara yang besar dapat dilihat dari kenyataan bahwa 25% klaim BPJS adalah untuk penyakit akibat rokok di antaranya jantung dan kanker paru. Misalnya, dari 10 orang pasien kanker paru, 9 orang di antaranya umum disebabkan oleh kebiasaan merokok.” CISDI merujuk pada data bahwa BPJS Kesehatan saat ini mengalami defisit; dimana pemasukannya hanya sekitar Rp 150 triliun, namun pengeluarannya mencapai Rp 600 triliun untuk biaya pengobatan penyakitpenyakit yang disebabkan oleh rokok.

Terkait dengan tingginya beban BPJS tersebut, diskusi ini kemudian mempersoalkan besaran dan alokasi pemanfaatan hasil cukai rokok. Wacana yang semakin besar terbangun adalah bahwa sebagai salah satu produk yang dapat menimbulkan adiksi, maka sudah sepatutnya hasil cukai rokok dimanfaatkan untuk biaya pengobatan atas penyakit akibat rokok.

“Analogi yang sama juga berlaku bagi produk-produk yang mengandung alkohol, dimana tarif cukai yang dikenakan begitu tinggi karena didasari kesadaran akan bahaya konsumsinya. Nah, masyarakat pada umumnya belum paham bahwa cukai bukanlah pendapatan negara untuk kepentingan pembangunan umum. Sebaliknya cukai seharusnya dialokasikan untuk mengontrol dampak yang mungkin ditimbulkan oleh produk tersebut,” tutur Sari Soegondo saat memandu jalannya diskusi. 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Direktur Enterprise & Business Service Telkom Indonesia FM Venusiana R. bersama Kepala LKPP Hendar Prihadi

Kamis, 28 Maret 2024 - 21:48 WIB

Sistem E-Katalog Versi 6.0 LKPP Resmi Meluncur, Lebih Responsif, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) luncurkan Katalog Elektronik Versi 6 pada Kamis (28/3) di Jakarta. Inovasi terbaru yang dibangun untuk meningkatkan performa sistem…

Tupperware luncurkan 3 Produk Baru, One Touch Fresh Rectangular, Supersonic Chopper Tall dan Black Series.

Kamis, 28 Maret 2024 - 21:47 WIB

Tupperware Luncurkan 3 Produk Baru Untuk Meriahkan Ramadan

Sebagai Premium Housewares Solutions nomor 1 di Indonesia, Tupperware kembali menghadirkan produk terbaru untuk menemani keluarga Indonesia menyambut Ramadan di tahun ini.

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Kamis, 28 Maret 2024 - 21:45 WIB

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Jakarta - Koordinasi dan kolaborasi lintas sektoral serta sosialisasi kebijakan yang masif menjadi kunci keberhasilan mudik sehat dan aman. Hal ini penting dilakukan mengingat jumlah pemudik…

Bank Mandiri saat menyerahkan santunan ke Yatim dan Dhuafa

Kamis, 28 Maret 2024 - 21:34 WIB

Tebar Berkah Ramadan 1445 H, Mandiri Group Santuni 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Bank Mandiri kembali berbagi kebersamaan di bulan suci Ramadan dengan masyarakat sekitar. Kali ini, Bank Mandiri bersama anak perusahaan memberikan bingkisan kepada 57.000 anak yatim dan duafa,…

Gedung BNI

Kamis, 28 Maret 2024 - 21:28 WIB

BNI Terbitkan Global Bond Senilai USD500 Juta

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berencana melakukan penerbitan surat utang senior dalam denominasi Dolar Amerika Serikat senilai USD500 juta atau sekitar Rp7,94 triliun (kurs…