Safeguard Untuk Kepentingan Siapa?

Oleh : Ridwan | Senin, 06 Agustus 2018 - 12:03 WIB

Ilustrasi Keramik
Ilustrasi Keramik

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Forum Pengguna Keramik Seluruh Indonesia (FPKSI) menanyakan alasan mendasar kenapa safeguard harus diberlakukan dalam waktu dekat.

"Menurut kami minimal ada 3 alasan kenapa FPKSI menolak pemberlakuan safeguard," ungkap Ketua Umum FPKSI Triyogo kepada Industry.co.id di Jakarta, Senin (6/8/2018).

Alasan yang pertama yaitu pasar keramik di Indonesia saat ini sedang tumbuh. Menurut Triyogo, kenaikan trend importasi yang dikeluhkan oleh teman-teman ASAKI sebesar 21 persen menunjukan kalau pasar Indonesia bertumbuh.

"Bisa di cek berapa besar kenaikan produksi produsen keramik dalam negeri dalam lima tahun terakhir ini, jika mengalami kenaikan maka bisa dikatakan pasar Indonesia sedang bertumbuh karena nilai importasi keramik pun mengalami kenaikan. Logikanya, kalau tidak diserap oleh pasar dalam negeri, tidak mungkin angka impor dan angka produksi dalam negeri mengalami kenaikan," terangnya.

Ditambahkan Triyogo, apabila ada pabrik yang beranggapan bahwa meningkatnya produk impor sangat mempengaruhi kinerja perusahaannya, hingga tingkat utilisasi produksinya hanyaberkisar 65 persen maka perlu dilihat lebih lanjut apakah produk yang dibuat sama dengan produk yang di impor?.

"Hingga saat ini produk yang diimpor itu sangat sedikit yang diproduksi dalam negeri, malah banyak perusahaan keramik di Indonesia yang sudah Go-publik mengatakan dalam laporan tahunannya kalau mereka mengalami kenaikan laba dan penjualan yang positif di tahun 2017 ini," tutur Triyogo.

Selanjutnya, alasan kedua adalah telah terjadi pergeseran selera konsumen dalam negeri. Berdasarkan data importasi yang dikeluarkan oleh BPS sepanjang tahun 2015-2017, 97,8% produk yang diimpor adalah produk dengan HS code 69072191 (keramik unglazed) dan HS code 69072193 (keramik glazed), keduanya memiliki daya serapan air kurang dari 0,5% dengan ukuran minimal 60x60cm. Sebagian besar produksi keramik dalam negeri adalah keramik berglazur dengan daya serap air lebih dari 0,5%. dengan ukuran kurang dari 60x60cm.

"Mari kita sama sama berhitung dari tahun 2013 - 2018 berapa besar kenaikan kapasitasproduksi produsen keramik dalam negeri?. Kalau berdasarkan data ASAKI bahwa di tahun 2017 kapasitas terpasang sebesar4,651,000 ton. itu adalah gabungan seluruh pabrik, kalau dihitung terpisah total pabrikdalam negeri yang hanya memproduksi keramik unglazed hanya berkisar 3jt m2/bulan atausekitar 36jt m2/tahun dan nilai import porcelain tiles di tahun 2017 adalah 5,38jt m2/bulan atau sekitar 64,58jt m2/tahun. Jadi menurut hemat kami jika produksi produsen keramik dalam negeri tidak mengalami kenaikan sedangkan nilai impornya naik, berarti telah terjadi pergeseran selera konsumen dari keramik berglazur menjadi keramik porcelain (keramik unglazed)," paparnya.

Pada dasarnya, menurut Triyogo, produk keramik unglazed tidak bersaing dengan produk keramik berglazur yang banyak diproduksi di Indonesia. Selain karena harga jual yang relatif lebih tinggi, produk unglazed juga lebih fokus kepada ukuran besar, inovasi dan teknologi sehingga produk unglazed dan produk berglazur tidak bersinggungan dalam market.

"Keduanya mempunyai segmen tersendiri. Jadi seharusnya pemerintah tidak perlu untuk melindungi produk dalam negeri yang lebihbanyak memproduksi keramik berglazur dengan daya serap air yang tinggi, justru seharusnya pemerintah ikut mendorong produksi dalam negeri untuk mengembangkan dirinya agar lebih banyak membuat keramik porcelain (unglazed) yang sekaranglebih diminati di pasaran," tegasnya.

Lebih lanjut, Triyogo menambahkan, alasan ketiga yaitu, pemberlakuan safeguard dapat merugikan pengguna keramik di Indonesia. Bukanlah sebuah rahasia umum apabila pasar keramik di Indonesia sedang bertumbuh, selera konsumen juga mengalami perubahan yang signifikan, yang tadinya banyak menggunakan keramik berglazur berukuran kecil seperti: 30x30cm, 40x40cm dan 50x50cm sekarang lebih banyak menyukai keramik percelain dengan ukuran 60x60cm keatas.

"Bisa di cek saja dipasaran, apartemen, gedung-gedung perkantoran, hotel, rumah sakit, dan komersial area hampir semua sekarang sudah menggunakan keramik percelain dan hanya area-area tertentu saja yang masih menggunakan keramik berglazur berukuran kecil yang banyak diproduksi dalam negeri," ucapnya.

"Kalau memang safeguard akan dijalankan, maka yang akan diuntungkan hanyalahprodusen dalam negeri sedangkan pengguna keramik di Indonesia akan dirugikan karenaharga keramik porcelain akan naik. Secara otomatis harga keramik impor akan naik
padahal sekarangpun harga keramik porcelain buatan dalam negeri masih bisa bersaingdengan harga lebih murah sekitar 2-3% dibandingkan keramik porcelain impor," tambah Triyogo.

Menurutnya, apabila safeguard ini dijalankan dan terlepas berapa besar bea masuk yang akan diterapkan, bukannya itu akan membuat selisih harga menjadi semakin jauh? siapa yang akan diuntungkan dengan berlakunya safeguard ini, bukan pengguna keramik tentunya.

"Safeguard bisa saja dilakukan apabila Industri dalam negeri bisa memenuhi seluruh kebutuhan domestik. selama hal itu belum terlaksana, kiranya pemerintah dapat mempertimbangkan untuk menghentikan langkah langkah pengamanan, mengingat industri dalam negeri telah menikmati perlindungan lebih dari 5 tahun tanpa mencoba untuk mengembangkan produk keramik percelain (unglazed) secara signifikan," papar Triyogo.

Triyogo pun menginformasikan bahwa produsen keramik dalam negeri pun cenderung impor ketimbang melakukan proses produksi padahal seperti kita ketahui, bahwa penyesuaian struktural merupakan salah satu syarat penting untuk pemohon mengajukan perlindungan.

"Apapun keputusan yang akan diambil pemerintah mengenai safeguard ini, sebaiknya produsen keramik dalam negeri, para pelaku usaha serta para penggunakeramik diikutsertakan untuk berdialog bersama untuk menemukan jalan terbaik agar kepentingan nasional yang dikedepankan dan bukan kepentingan dari salah satugolongan saja. Pengguna keramik tidak berharap safeguard dijadikan alat untukmenaikan harga jual demi hanya untuk mencari keuntungan semata," pungkas Triyogo.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Everpure tersedia di Shopee, atasi masalah jerawat usai mudik lebaran.

Selasa, 23 April 2024 - 19:40 WIB

Tips Merawat Kulit Wajah Bersama Shopee 5.5 Voucher Kaget

Melalui kampanye 5.5 Voucher Kaget, Shopee ingin menjadi teman serta memberikan semangat untuk kembali memulai perjalanan pengguna, khususnya dalam perawatan diri setelah libur lebaran.

Danone melakukan MoU dengan Pemulung untuk mengumpulkan sampah botol plastik

Selasa, 23 April 2024 - 18:17 WIB

AQUA dan Ikatan Pemulung Indonesia Kerja Sama Kurangi Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bangka Belitung

Dalam rangka mendukung upaya pemerintah Indonesia mengurangi sampah plastik ke laut hingga 70% pada 2025, hari ini AQUA melakukan kerja sama Program Peningkatan Pengumpulan Sampah Plastik di…

Festival Seoul Beats on Campus (ist)

Selasa, 23 April 2024 - 17:57 WIB

Bakal Gelar Festival Seoul Beats on Campus, President University Siap Luncurkan Konsentrasi K-Wave

Presuniv berencana membuka konsentrasi K-Wave yang akan bernaung di bawah Program Studi (Prodi) Business Administration. Pembukaan konsentrasi ini akan ditandai dengan event Seoul Beats on Campus…

Arta Monica Pasaribu, S.IP – President University Mahasiswa S2 MMT

Selasa, 23 April 2024 - 17:30 WIB

Strategi Marketing Dinamo Listrik Buatan Lokal untuk Mendukung Net Zero Emission

Tidak dapat dipungkiri ternyata penggunaan kendaraan listrik seperti motor listrik sangat tumbuh dengan cepat. Pemerintah mencatat keberadaan motor dan mobil yang berbasis listrik di sini naik…

PT Pertamina International Shipping (PIS) menunjukkan komitmennya untuk mendorong dekarbonisasi di sektor industri maritim sekaligus wujud kecintaan PIS untuk menjaga kelestarian bumi demi generasi masa depan.

Selasa, 23 April 2024 - 17:28 WIB

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Jakarta - PT Pertamina International Shipping (PIS) menunjukkan komitmennya untuk mendorong dekarbonisasi di sektor industri maritim sekaligus wujud kecintaan PIS untuk menjaga kelestarian bumi…