Sulitnya Pasien Dapatkan Kamar Rawat Inap dan ICU di RS

Oleh : Anisa Triyuli | Senin, 23 Juli 2018 - 14:30 WIB

Ilustrasi Perawatan Rumah Sakit (Foto: AnalisaDaily)
Ilustrasi Perawatan Rumah Sakit (Foto: AnalisaDaily)

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Lembaga Pengawas Jaminan Kesehatan Nasional, Jamkes Watch mengungkapkan pasien masih sulit mendapatkan kamar rawat inap dan ICU/NICU di rumah sakit.

"Persoalan kebutuhan kamar rawat inap dan ICU/NICU masih sering kami temui kendala di rumah sakit," ujar Sekretaris Jenderal Jamkes Watch KSPI, Sabda Pranawa Djati di Jakarta, Minggu (22/7).

Ia mengatakan, banyak sekali pasien yang meminta advokasi kepada relawan Jamkes Watch untuk membantu koordinasi dengan pihak rumah sakit dan PIC BPJS Kesehatan yang bertugas di rumah sakit.

"Bahkan tidak jarang kami berkoprdinasi dengan kepala cabang BPJS Kesehatan setempat atau Deputi Direksi BPJS Kesehatan di wilayah setempat untuk bisa mendapatkan perawatan di ruang ICU di rumah sakit," kata dia.

Sejak BPJS Kesehatan diberlakukan, hingga kini ternyata implementasinya masih banyak persoalan, antara lain ketersediaan obat di rumah sakit, pasien yang masih diminta membayar karena alasan adanya beberapa obat atau tindakan yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan terutama terkait ketersediaan kamar rawat inap dan ruang ICU.

Belum lagi persoalan dengan pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak dari perusahaan.

Senada dengan Sabda, Direktur Media dan Propaganda Jamkes Watch KSPI, Abdul Gofur mengatakan bahwa kasus yang sering terjadi dan hingga kini belum ada jalan keluarnya ialah kasus kebutuhan ruang ICU/NICU yang dibutuhkan pasien.

"Tidak sedikit pasien yang kami bantu advokasi untuk mendapatkan ruang ICU/NICU di rumah sakit besar, berakhir dengan kematian karena banyak rumah sakit yang menolak dengan alasan ruangan penuh," ujar dia.

Seperti kasus yang saat ini sedang ditangani, peserta ASKES Ajat Sudrajat yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Medistra Kuningan, Jakarta, harus dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih besar dan memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk penanganan penyakit pasien.

"Lagi-lagi kami tidak bisa mendapatkan ruang penanganan tersebut dengan dalih kamar ICU/NICU di rumah sakit tersebut penuh," ungkap Abdul Gofur.

Terpaksa keluarga harus pasrah, pasien tetap berada di rumah sakit awal yang selain tidak memiliki alat, juga belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Jadilah biaya perawatan yang terus membengkak dari hari ke hari hingga saat ini. Abdul Gofur menegaskan bahwa Jamkes Watch sudah berupaya semaksimal mungkin untuk membantu pasien agar bisa mendapatkan rumah sakit rujukan yang bisa menerima pasien sesuai kebutuhan.

"Namun segala cara yang kami tempuh tetap terasa sulit, mulai dari melihat daftar ketersediaan kamar rawat inap di rumah sakit melalui aplikasi Aplicare JKN yang datanya sering tidak update," kata dia.

Hingga meminta bantuan dengan PIC BPJS Kesehatan di rumah sakit maupun pimpinan BPJS Kesehatan di wilayah tugasnya dan tetap menemui jalan buntu, karena petugas BPJS Kesehatan tidak bisa mengintervensi pihak rumah sakit terkait kebijakan medis maupun ketersediaan kamar karena keterbatasan kewenangan.

Jamkes Watch meminta kepada Pemerintah agar BPJS Kesehatan bisa memiliki peran pengawasan terhadap kebutuhan medis dan non medis peserta JKN di rumah sakit.

"Jangan sampai BPJS Kesehatan hanya sebatas menjadi tukang pengumpul uang iuran dari peserta lalu membayarkan sesuai klaim RS," pungkas Abdul Gofur.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Danone melakukan MoU dengan Pemulung untuk mengumpulkan sampah botol plastik

Selasa, 23 April 2024 - 18:17 WIB

AQUA dan Ikatan Pemulung Indonesia Kerja Sama Kurangi Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bangka Belitung

Dalam rangka mendukung upaya pemerintah Indonesia mengurangi sampah plastik ke laut hingga 70% pada 2025, hari ini AQUA melakukan kerja sama Program Peningkatan Pengumpulan Sampah Plastik di…

Festival Seoul Beats on Campus (ist)

Selasa, 23 April 2024 - 17:57 WIB

Bakal Gelar Festival Seoul Beats on Campus, President University Siap Luncurkan Konsentrasi K-Wave

Presuniv berencana membuka konsentrasi K-Wave yang akan bernaung di bawah Program Studi (Prodi) Business Administration. Pembukaan konsentrasi ini akan ditandai dengan event Seoul Beats on Campus…

Arta Monica Pasaribu, S.IP – President University Mahasiswa S2 MMT

Selasa, 23 April 2024 - 17:30 WIB

Strategi Marketing Dinamo Listrik Buatan Lokal untuk Mendukung Net Zero Emission

Tidak dapat dipungkiri ternyata penggunaan kendaraan listrik seperti motor listrik sangat tumbuh dengan cepat. Pemerintah mencatat keberadaan motor dan mobil yang berbasis listrik di sini naik…

PT Pertamina International Shipping (PIS) menunjukkan komitmennya untuk mendorong dekarbonisasi di sektor industri maritim sekaligus wujud kecintaan PIS untuk menjaga kelestarian bumi demi generasi masa depan.

Selasa, 23 April 2024 - 17:28 WIB

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Jakarta - PT Pertamina International Shipping (PIS) menunjukkan komitmennya untuk mendorong dekarbonisasi di sektor industri maritim sekaligus wujud kecintaan PIS untuk menjaga kelestarian bumi…

Fransiscus Go sedang memegang hasil kebun di Nara Kupu Village Sawangan, Depok-Jawa Barat. (Foto: Istimewa)*

Selasa, 23 April 2024 - 16:35 WIB

Pengusaha Sukses NTT Ini Sebut Program Food Estate Efektif untuk Pemanfaatan Lahan yang Sudah Lama Tertidur

Jakarta - Tokoh masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Fransiscus Go menilai bahwa program Food Estate, atau pengembangan pangan secara terintegrasi yang tengah digencarkan oleh pemerintah…