Bappenas Soroti Rokok Sebagai Pembentuk Garis Kemiskinan

Oleh : Herry Barus | Jumat, 20 Juli 2018 - 10:05 WIB

Bambang Brodjonegoro (Foto/Rizki Meirino)
Bambang Brodjonegoro (Foto/Rizki Meirino)

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyoroti tingginya proporsi komoditas rokok kretek filter dalam pembentukkan garis kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.

"Tugas besar menciptakan kesadaran pada keluarga di Indonesia untuk mengurangi konsumsi yang tidak hanya tidak produktif, tetapi juga bermasalah secara kesehatan," kata Bambang dalam temu media di Jakarta, Kamis (19/7/2018)

Ia menjelaskan konsumsi rokok dalam jangka pendek tidak hanya mengurangi uang, namun juga akan ada pengeluaran uang lebih banyak untuk kesehatan dalam jangka panjang.

"Dan itu korbannya BPJS kesehatan. Semakin banyak orang menggunakan uangnya untuk rokok, ujungnya di BPJS kesehatan yang menanggung kesehatan (perokok)," ujar Bambang.

Ia menjelaskan bahwa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi konsumsi yang tidak produktif tersebut adalah dengan pengaturan harga dan pembatasan pemakaiannya.

"Langkah kongkretnya adalah menaikkan cukai setiap tahun. Menurut saya harusnya lebih tinggi dari 57 persen, harganya harus mahal supaya tidak sembarang orang bisa mengonsumsi." kata Bambang.

Menurut data BPS, komoditas rokok kretek filter per Maret 2018 mencakup 11,07 persen proporsi pembentuk garis kemiskinan di kawasan perkotaan dan 10,21 persen untuk kawasan perdesaan.

Garis kemiskinan sendiri dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan Maret 2018 sebesar Rp401.220 per kapita per bulan, atau naik 7,14 persen dari garis kemiskinan Maret 2017 Rp374.478 per kapita per bulan.

Proporsi rokok dalam pembentukkan garis kemiskinan tersebut berada di urutan kedua setelah komoditas beras, yang tercatat sebesar 20,95 persen di perkotaan dan 26,79 persen di perdesaan.

"Dari uang yang terbatas itu kalau 10 persennya dari rokok kretek, maka mengurangi potensi mereka untuk bisa memenuhi kebutuhan dasarnya sebesar 10 persen juga," kata Bambang.

Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017, konsumsi rokok setiap hari pada penduduk berpendapatan 40 persen terbawah paling banyak berada dalam kelompok usia 35-39 (65,4 persen).

Komentar Berita

Industri Hari Ini

RUPST PT PP tahun buku 2023

Rabu, 24 April 2024 - 21:14 WIB

Dua Direksi dan Satu Komisaris Baru Perkuat Pengurus PTPP

PT PP mengubah jajaran direksi dan Komisari usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).

Ilustrasi produksi keramik

Rabu, 24 April 2024 - 18:30 WIB

Dukung Proyek IKN, Industri Keramik Siap Investasi di Kaltim

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) optimis pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan melanjutkan proyek Ibu Kota Negara (IKN)…

Proses bongkar muat sekam padi di storage area sekam padi di Pabrik Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Rabu, 24 April 2024 - 18:13 WIB

Keren! Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

Jakarta– Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan munculnya komitmen global untuk mewujudkan net zero emission pada 2060.

Industri keramik

Rabu, 24 April 2024 - 18:00 WIB

Asaki Desak Pemerintah Segera Terapkan Antidumping Keramik China, Besaran Tarif Capai 150%

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mendesak KADI untuk bekerja serius dan segera menerapkan kebijakan Antidumping untuk produk keramik impor asal Tiongkok yang secara tren tahunan…

Platform Teknologi Laboratorium di Indonesia Digelar untuk Ketujuh Kalinya

Rabu, 24 April 2024 - 17:56 WIB

Program Keberlanjutan dan Kecerdasan Buatan Menjadi Topik Hangat pada Pameran Lab Indonesia 2024

Jakarta– Lab Indonesia 2024 kembali mempertemukan elit industri laboratorium ilmiah dan analisis pada tanggal 24 – 26 April 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).