MSCI Dikhawatirkan Bakal Turunkan Bobot Investasi Indonesia

Oleh : Abraham Sihombing | Senin, 21 Mei 2018 - 21:46 WIB

Tito Sulistio, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (Foto Dok Industry.c.id)
Tito Sulistio, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (Foto Dok Industry.c.id)

INDUSTRY.co.id - Jakarta Setelah mendepak beberapa saham Indonesia yang terdapat di MSCI Small Cap Indeks beberapa waktu lalu, Morgan Stanley kini mulai memasukkan 302 saham baru yang diambil dari indeks bursa saham Cina.

Tito Sulistio, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), mengkhawatirkan hal itu. Pasalnya, jika Morgan Stanley melakukan hal tersebut terus-menerus, maka pemerintah Cina akan membuka penjualan saham seri A perusahaannya, yang pada akhirnya MSCI akan menambah bobot Cina.

Kalau Cina membuka saham seri A-nya, maka ada sekitar 239 saham seri A Cina yang akan masuk ke dalam perhitungan MSCI. Akibatnya, bobot Cina akan naik dan hal itu berpotensi menggerus bobot bursa saham kita sekitar 0,04%, papar Tito di Gedung BEI, Jakarta, Senin (21/05/2018).

Seperti diketahui, MSCI adalah indeks yang menjadi acuan seluruh investor di dunia. Total dana investasi yang mengacu pada MSCI mencapai US$13 triliun.

Kemudian untuk emerging market, ada investasi senilai US$1,7 triliun yang mengacu pada indeks tersebut. MSCI yang menentukan bobot investasi suatu negara. Disamping itu indeks tersebut juga yang menentukan saham yang layak untuk diinvestasikan, tutur Tito.

Hal berikutnya yang dicemaskan Tito adalah jika Saudi Aramco benar-benar menawarkan sahamnya di pasar modal. Pasalnya, jika melaksanakan Penawaran Umum Perdana Saham (PUPS), maka total nilai kapitalisasi pasar Saudi Aramco diperkirakan bakal mencapai lebih dari US$1 triliun.

Jika itu terjadi, maka kejadian itu bakal mengurangi bobot Indonesia di MSCI. Karena itulah Cina masuk ke dalam kategori emerging market. Padahal Cina seharusnya masuk ke dalam developed market, ujar Tito.

Ke depan, Tito menargetkan agar nilai kapitalisasi pasar di pasar modal Indonesia dapat mencapai Rp10.000 triliun. Saat ini, rata-rata nilai kapitalisasi pasar Indonesia masih di bawah Rp7.000 triliun, bahkan beberapa waktu lalu sempat turun menjadi Rp6.400 triliun.

Seperti diketahui, investor asing saat ini terus melakukan aksi jual. Dari awal 2018 hingga kini, investor asing telah melakukan aksi jual (net selling) bernilai Rp40,98 triliun. Investor asing melakukan aksi jual secara serentak sejak dolar AS terapresiasi terhadap rupiah.

Akan tetapi, kondisi tersebut semakin diperparah ketika indeks MSCI mengeluarkan daftar konstituen saham baru. Akibatnya bobot saham-saham Indonesia menjadi berkurang. Beberapa saham Indonesia yang berkapitalisasi kecil dan terdapat di dalam MSCI Small Cap Indeks terdepak keluar dari indeks tersebut.

Adapun saham Indonesia yang dikeluarkan dari indeks MSCI tersebut. Mereka adalah saham-saham PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS), PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Wijaya Karya Beton (WTON).

Saham-saham tersebut di indeks MSCI hanya digantikan oleh saham PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM). Kemudian Morgan Stanley mengeluarkan saham Indonesia, yaitu PT XL Axiata Tbk (EXCL), dari indeks MSCI Global Standard digantikan oleh saham PT Indah Kiat Pulp Tbk (INKP).

Kendati demikian, Tito yakin keluarnya dana asing dari pasar modal Indonesia baru-baru ini tidak sepenuhnya karena perubahan bobot MSCI. (Abraham Sihombing)

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi produksi keramik

Rabu, 24 April 2024 - 18:30 WIB

Dukung Proyek IKN, Industri Keramik Siap Investasi di Kaltim

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) optimis pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan melanjutkan proyek Ibu Kota Negara (IKN)…

Proses bongkar muat sekam padi di storage area sekam padi di Pabrik Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Rabu, 24 April 2024 - 18:13 WIB

Keren! Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

Jakarta– Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan munculnya komitmen global untuk mewujudkan net zero emission pada 2060.

Industri keramik

Rabu, 24 April 2024 - 18:00 WIB

Asaki Desak Pemerintah Segera Terapkan Antidumping Keramik China, Besaran Tarif Capai 150%

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mendesak KADI untuk bekerja serius dan segera menerapkan kebijakan Antidumping untuk produk keramik impor asal Tiongkok yang secara tren tahunan…

Platform Teknologi Laboratorium di Indonesia Digelar untuk Ketujuh Kalinya

Rabu, 24 April 2024 - 17:56 WIB

Program Keberlanjutan dan Kecerdasan Buatan Menjadi Topik Hangat pada Pameran Lab Indonesia 2024

Jakarta– Lab Indonesia 2024 kembali mempertemukan elit industri laboratorium ilmiah dan analisis pada tanggal 24 – 26 April 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).

Pembukaan kantor baru Thermo Fisher Scientific

Rabu, 24 April 2024 - 17:50 WIB

Ekspansi di Asia Pasifik, Thermo Fisher Scientific Buka Kantor di Jakarta dan Jalin Kemitraan Baru

Perusahaan menandatangani dua Nota Kesepahaman (MoU) dengan National Battery Research Institute dan Mandaya Hospital Group sebagai bagian dari ekspansi strategisnya di Indonesia