Melalui Teknologi Ini, Rumah123 Bidik Konsumer Properti Lebih Akurat

Oleh : Ahmad Fadli | Rabu, 18 April 2018 - 22:06 WIB

Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung di dalam acara kenferensi pers Rumah123.com Real Estate Awards, di Jakarta, Rabu (18/4).

INDUSTRY.co.id, Jakarta -Portal properti Rumah123 menerapkan aplikasi teknologi biometric neuromarketing untuk pertama kalinya digunakan dalam industri properti di Indonesia. Teknologi ini akan digunakan dalam penghargaan ‘Real Estate Award 2018’.

“Teknologi ini adalah temuan Psikolog Daniel Kahneman dan Richard Thaler. Dimana, dalam dunia properti, biometric research memungkinkan developer mengerti konsumen secara sunbconscious dan menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasarnya,” kata Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung di dalam acara kenferensi pers Rumah123.com Real Estate Awards, di Jakarta, Rabu (18/4).

Menurutnya, teknologi ini memanfaatkan teknologi eye-tracking, sebuah proses mengukur gerakan mata untuk menentukan letak dan jenis informasi yang dilihat seseorang, urutan informasi, dan berapa lama pandangan mereka berada di tempat tertentu.

“Menggunakan algoritma canggih, teknologi ini memungkinkan penggunanya mengukur posisi mata dan menentukan dengan tepat di mana fokusnya,” tuturnya.

“Teknologi eye-tracking dapat menghasilkan insight dan perspektif baru mengenai perilaku konsumen yang tidak dapat diberikan oleh berbagai metode riset konvensional lain seperti survei, interview, bahkan FGD,” jelasnya.

Untung menambahkan, penggunan teknologi biometric ini mampu menjawab dengan lebih akurat terkait 'misteri bagaimana pengambilan keputusan pembelian dilakukan.

“Tentu juga memperkuat kredibilitas awards ini sebagai penghargaan yang bebas kepentingan dan objective," kata Untung.

Kemudian, lanjut Untung, pihaknya juga mengundang beberapa responden untuk menjadi partisipan sebagai property seeker. Dimana, pada kesempatan ini, responden diperlihatkan beberapa template gambar brosur properti dari laptop yang sudah dihubungkan dengan teknologi eye-tracking untuk kemudian direkam dan dianalisis.

“Konsumen kemudian akan diberikan beberapa pertanyaan kuantitatif terkait gambar-gambar tersebut untuk mendapatkan insight yang lebih dalam,” tuturnya.