JICA Kucurkan Rp 1 Triliun ke IIF untuk Pembangunan Infrastruktur RI

Oleh : Herry Barus | Selasa, 12 Desember 2017 - 05:48 WIB

JICA Kucurkan Rp 1 Triliun ke IIF (Foto Dok Industry.co.id)
JICA Kucurkan Rp 1 Triliun ke IIF (Foto Dok Industry.co.id)

INDUSTRY.co.id - Jakarta -PT Indonesia Infrastructure Finance ("IIF") menandatangani perjanjian pinjaman sebesar 8.000.000.000 atau sekitar Rp 1 triliun dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Jakarta. Kesepakatan tersebut memiliki tujuan untuk menyediakan mobilisasi dana swasta dan memberikan kontribusi perbaikan bisnis dan investasi di Indonesia.

IIF, lembaga keuangan non-bank swasta di bawah Kementerian Keuangan yang fokus pada pembiayaan pembangunan infrastruktur, yang didirikan pada tahun 2010 sebagai bagian dari strategi pemerintah Indonesia dan lembaga multilateral untuk memfasilitasi modal komersial yang dibutuhkan untuk mendanai sektor infrastruktur di Indonesia. IIF telah berinvestasi di jalan tol, pelabuhan laut, bandara, telekomunikasi, pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga gas, dan energi terbarukan. Tahun ini, IIF diperkirakan akan memberikan total komitmen pinjaman infrastruktur lebih dari Rp.13 Triliun pada akhir 2017.

Arisudono Soerono, Presiden Direktur IIF mengatakan, "Fasilitas ini merupakan bukti lain bagaimana pasar internasional telah memberikan kepercayaan kepada IIF. IIF terus menunjukkan kemampuannya untuk mengelola dan memanfaatkan dana tersebut untuk mendorong proyek infrastruktur di Indonesia sebagai bagian dari fungsinya untuk menjadi katalisator pembangunan infrastruktur di Indonesia, " uajrnya kepada awak media, Senin (11/12/2017)

Fasilitas ini juga menunjukkan komitmen IIF untuk mengembangkan proyek infrastruktur yang sesuai dengan standar sosial dan lingkungan terutama yang berkaitan dengan energi terbarukan.

Ekonomi Indonesia tumbuh dengan stabil dalam beberapa tahun terakhir. Namun, masih banyak kebutuhan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (BAPPENAS) memperkirakan bahwa dana sebesar Rp.5.519 Triliun akan dibutuhkan dalam periode lima tahun mulai 2015 sampai 2019, dan dengan asumsi 30 persen dari jumlah tersebut berasal dari mobilisasi dari dana swasta. Dengan demikian partisipasi investasi swasta sangat diperlukan di bidang infrastruktur.

JICA telah terus memberikan bantuannya melalui kerja sama teknis dan hibah untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pembiayaan ini umumnya akan mendorong mobilisasi dana swasta untuk pembangunan infrastruktur, termasuk energi terbarukan di Indonesia. Dukungan ini diharapkan dapat meningkatkan bisnis dan investasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui partisipasi sektor swasta dan selanjutnya, diharapkan dapat mendukung perusahaan Jepang dan pelaku internasional lainnya untuk berpartisipasi dalam proyek infrastruktur di Indonesia.

Tentang Indonesia Infrastructure Finance

IIF adalah lembaga keuangan non-bank swasta yang didirikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 100 / PMK.010 / 2009 yang dikelola secara profesional dengan fokus pada investasi proyek infrastruktur yang layak secara komersial. Pendirian IIF merupakan salah satu elemen penting dalam pengembangan strategis oleh Pemerintah Indonesia, bersama dengan mitra dari lembaga keuangan internasional untuk mengatasi hambatan terhadap arus investasi swasta di sektor infrastruktur.

Sebagai badan usaha yang berorientasi komersial, IIF menyediakan produk berbasis dana seperti pinjaman jangka panjang, produk berbasis non-dana dan layanan lainnya yang terkait dengan proyek infrastruktur. IIF diharapkan dapat berkembang menjadi repositori nasional dalam memobilisasi pengalaman dan keahlian terkait pengembangan dan pembiayaan proyek infrastruktur yang layak, termasuk proyek berbasis Public Private Partnership (PPP).

IIF didukung oleh Pemerintah dan Lembaga multilateral yang tercermin dalam kepemilikan saham IIF, Pemerintah Indonesia melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI) bersama dengan Asian Development Bank (ADB), International Finance Corporation (IFC), Deutsche Investigasi - und Entwicklungsgesellschaft mbH (DEG) dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC). Selain itu, IIF juga mendapat dukungan pinjaman dari Bank Dunia (Bank Dunia) dan ADB.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

RUPST PT Dharma Polimental Tbk.

Kamis, 25 April 2024 - 17:11 WIB

Ditengah Situasi Wait & See, Penjualan DRMA Tetap Stabil di Rp1,34 Triliun di Kuartal 1 2024

Emiten manufaktur komponen otomotif terkemuka di Indonesia, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) membagikan dividen tunai sebesar Rp171,29 miliar kepada para pemegang saham.

PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) (Foto Dok Industry.co.id)

Kamis, 25 April 2024 - 16:19 WIB

Jasindo Salurkan Bantuan TJSL untuk Mendukung Perekonomian Masyarakat

PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo menyalurkan bantuan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) kepada masyarakat di berbagai daerah di Indonesia selama periode Q1 tahun 2024.…

Bahan baku plastik

Kamis, 25 April 2024 - 16:05 WIB

Impor Bahan Baku Plastik Tak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin, Ini Alasannya

Pemerintah telah mengambil langkah responsif untuk menanggapi isu-isu yang dapat mengganggu kelangsungan usaha, salah satunya melalui pemberlakuan peraturan terbaru mengenai kebijakan dan pengaturan…

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita

Kamis, 25 April 2024 - 15:40 WIB

Di Ajang Business Forum Hari Kedua Hannover Messe, RI Pamerkan Keunggulan dan Inovasi Teknologi Industri

Paviliun Indonesia dalam Hannover Messe 2024 kembali mempersembahkan Business Forum untuk mendorong kolaborasi dan kerja sama antara para pelaku industri di dalam negeri dengan negara-negara…

PempekRoyal

Kamis, 25 April 2024 - 15:05 WIB

Siap Support Franchisee di Seluruh Indonesia, PempekRoyal Hadirkan Solusi Bisnis Makanan Tidak Tergantung Chef

Bisnis makanan seringkali mengalami kendala chef mengundurkan diri, dan ketika terjadi pergantian chef, rasa berbeda, maka jumlah konsumen menurun. Di luar itu, juga ada resiko membuang produk…