Pri-Bumi-Putra VS Bugis

Oleh : Christianto Wibisono | Senin, 23 Oktober 2017 - 12:34 WIB

Christianto Wibisono dari Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) dan Analis Bisnis Terkemuka di Indonesia (Foto Ist)
Christianto Wibisono dari Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) dan Analis Bisnis Terkemuka di Indonesia (Foto Ist)

INDUSTRY.co.id - Bagaikan terkontaminasi perubahan iklim yang ekstrim, turbulensi politik dunia termasuk Indonesia juga berlangsung dalam frekuensi dan adrenalin tinggi di semua kubu dan negara. Bersama Bung Karno hari Minggu 22 Oktober kita berdialog di Riung Gunung yang tetap menawan suasana, dengan aroma hawa sejuk pegunungan yang panoramanya tidak kalah dengan dataran tinggi Alpen di Swiss.

Bung Karno mengawali pembicaraan mengenakan batik santai dan memegang tongkat komando yang siap diarahkan ke pelbagai arah di kawasan yang pada akhir pekan dijuluki areal parkir terbesar sedunia.

Bung Karno (BK): Kamu tahu tidak? Kalau dilihat dari GPS maka kemacetan antrian lalu lintas Bogor Puncak selalu mirip areal parkir terpanjang sedunia. Dikira itu mobil parkir karena macet dan tidak bergerak belasan hingga puluhan km.

Sebetulnya selain kereta cepat, Jawa Barat tepatnya kawasan Puncak ini butuh skyway, jalan layang lintas pegunungan seperti jalan lintas Bern-Geneva-Lausanne-Zurich. Riung Gunung ini saya bangun 1962 untuk menyusul Puncak Pass yang dibangun 1928 di zaman Hindia Belanda sama dengan Jakarta bypass Priok-Cawang, untuk menegaskan bahwa bukan cuma Daendels 1810 yang mampu membangun Anyer-Panarukan.

Sekarang ini Jokowi sibuk membangun infrastruktur, oposan teriak bahwa rakyat tidak butuh infrastruktur atau semen tapi sandang pangan. Saya sangat tersinggung murka besar terhadap oposan itu tapi saya ingat ajaran Nabi Isa “Ya Allah ampunilah mereka yang tidak tahu apa yang mereka perbuat”.

Lho, infrastruktur itu kalau tidak dibuat, terus Indonesia itu mau jadi apa? 200 tahun setelah Daendels membangun Anyer-Panarukan, kita masih saja belum punya Tol Jawa-Madura buatan putra Indonesia. Kalau tidak butuh infrastruktur itu apa kalian mau kembali ke zaman sebelum Daendels?

Christianto Wibisono (CW): Bapak jadi sewot sekali? Padahal ini kan memang arus utama global sedang menuju anti imigran di Eropa maupun di AS. Apalagi disini yang memang punya masalah laten SARA sejak Batavia Moord 1740; SARA China Benteng Tangerang 1946, SARA 10 Mei 1963 dan klimaksnya SARA Mei 1998. Baru saja ada breaking news Panglima TNI ditolak masuk AS oleh ICE (Imigrasi & Custom AS). Mungkin bapak perlu mmeberi pencerahan.

BK: Panglima TNI ditolak oleh ICE mesti ditanya alasannya. Dulu pernah DN Aidit ikut rombongan saya ditolak masuk Gedung Putih dan Capitol. Saya bilang kalau ada 1 orang rombongan saya ditolak ya sudah saya batalkan acaranya. Tapi itu kan orangnya sudah masuk AS. Lha ini kalau ditolak sebelum masuk mesti ada inteligensi strategik yang luput dari radar BIN.

Apakah Trump menggolongkan Panglima sebagai unsur yang “merpakan security risk bagi AS” atau menghindari kesan intervensi keberpihakan untuk Capres 2019? Dulu kan Setnov digebuk habis karena foto bersama Trump, mungkin Trump kapok kalau nanti berfoto dengan Pangilma dikira AS merestui jadi Presiden RI 2019. Mumpung hangat sekalian ditanya, kenapa FBI tidak mampu melindungi Johanes Marliem,malah seolah FBI yang mengakibatkan Marliem tewas seolah “bunuh diri”?

Di Malaysia sekarang juga sedang heboh proteksi kepada bumiputera (istilah pribumi di Malaysia). Mantan PM ke-4 Malaysia Mahathir Muhamad yang sebetulnya ¼ turunan India (Kutty) dan bukan 100% bumiputera berpidato pada Seminar 14 Oktober bertema Sayangi Malaysia Hapuskan Kleptokrat. Disitu ia menyatakan bahwa PM Najib Razak itu contoh bajak laut (perompak lanun) Bugis. Pidato itu tentu saja memicu masyarakat keturunan Bugis di Kuala Lumpur yang segera mendemo rumah Mahathir yang untung-nya sedang berlibur Deepavali (hari besar India).

'Mahathir mengoreksi bahwa ia tidak bermaksud melecehkan suku Bugis tapi hanya memberi contoh kleptokrat (koruptor) besar ialah PM petahana Najib Razak, putra PM ke2 Tun Abdul Razak. Kalau baca bukunya Tengku Abdul Rahman yang berkonfrontasi dengan saya, maka Tengku itu curhat bahwa dia digulingkan oleh komplotan Tun Razak- Mahathir yang mengorganisir kerusuhan SARA 13 Mei 1969, yang terparah berdarah dalam sejarah Malaysia. Sampai sekarang golongan Tionghoa di Malaysia masih trauma dengan insiden itu sama dengan kita bila mengingat perkosaan Mei 1998.

Kalau di Indonesia ada ramalan akhiran nama Presiden Noto Negoro mengacu kepada nama saya dan Soeharto sebagai presiden pertama dan kedua. Yang seterusnya sudah tidak cocok lagi sebab presiden ketiga adalah Habibie, terus Gus Dur, Mega, SBY dan Joko Widodo tidak ada miripnya dengan Notonegoro.

Sebaliknya di Malaysia itu huruf awalnya tepat sesuai perkataan RAHMAN. PM Pertama Tengku Abdul Rahman, kedua Abdul Razak, ketiga Hussein Onn, keempat Mahathir Muhamad, kelima Abdulah Badawi, & keenam Najib Razak. Tahun 1998 ketika krismon, Anwar Ibrahim mencoba mengkup Mahathir, karena merasa namanya mempunyai dua huruf awal yang tepat setelah Mahathir, yaitu Anwar Ibrahim. Ternyata impian kebablasan itu malah berakibat dia tergusur dari jabatan waperdam dan dibui atas pidana sodomi. Bukan pakai dakwaan korupsi sebab Mahathis sendiri juga koruptor berat, maka dipakai vonnis sodomi untuk menghancurkan karakter Anwar secara mutlak.

Di Malaysia memang perkembangan sosiologis justru secara “permanen” mengukuhkan 3 ras , etnis secara “apartheid” terus berlangsung sejak zaman kolonial Inggris sampai detik ini. Secara hukum meskipun IS-163 maasih berlaku, Republik Indonesia sudah tidak melanjutkan strata Eropa, Timur Asing, pribumi .

Sebaliknya di Malaysia kepartaian masih tetap komunal yaitu UMNO (Melayu), MCA (Tionghoa) dan MIC (India). Partai yang meng-klaim lintas etnis biasanya juga masih kental dengan etno sentrisme. Partai oposisi DAP tetap dianggap partai Tionghoa karena ketuanya Lim Kiat Seng sangat protektif terhadap warga Tionghoa PAS karena basis agama, jelas merupakan tandingan UMNO sebagai benteng kepentingan bumiputera Melayu.

Sekarang Mahathir karena ambisi mengorbitkan putranya Mukhriz menjadi PM, namun gagal terus dan malah berkoalisi dengan DAP untuk mengalahkan UMNO dalam Pemilu yang akan datang. Kalau perlu ia akan membiarkan Lim Kit Siang menjadi Perdana Menteri Malaysia pertama keturunan Tionghoa Asal anaknya jadi waperdam antri satu siklus untuk maju jadi PM Malaysia ke 8. Setelah Lim Kiat Siang jadi PM pertama Malaysia warga keturunan Tionghoa sebagai PM ke-7. Jadi demi politik pribadi, Mahathir sekarang malah melompat out of the box.

Sedang Anwar Ibrahim harus rela sudah ketinggalan zaman, momentum dan peluang tidak akan jadi apa apa. Mungkin putrinya yang bisa mengorbit setelah Mukhriz Mahathir. Tapi barisan putra putri mantan PM yang lain juga sudah antri tidak akan membiarkan suksesi bulan madu dinasti Mahathir. Putra PM ke-3, Hishamuddin Onn, menantu PM ke-4 Khairy Jamaludin yang minta maaf karena memasang bendera RI terbalik dibrosur SEA Games selaku Menteri Olahraga Malaysia, juga sudah siap merebut kursi PM Malaysia ke 7.

CW: Apa relevansinya kemelut rasial di Malaysia dengan Indonesia Pak?

BK: Kita ini kan selalu zigzag, saling meniru, mendahului, menggurui dan plagiat atau menjadi panutan satu sama lain. Dulu mereka belajar dari kita dan kiblatnya ke UGM Yogyakarta, Petronas belajar bagaimana Indonesia membuat Pertamina jadi raksasa. Ternyata mereka sukses meniru sedang Pertamina sendiri malah nyaris bangkrut 1976 mewariskan utang, sehingga dirombak polanya terus jadi kerdil sampai sekarang. Rasialisme, NEP Mahathir affirmative action itu kan meniru politik Benteng dan Ali Baba zaman Sumitro kabinet Narsir 1950an. Pendidikan dan sistem Inggris memang lebih “accountable” dibanding Belanda. Tapi korupsi di Malaysia juga luarbiasa menyangkut elite sampai tingkat PM sejak Mahathir hingga Najib Razak sekarang ini.

CW: Sebetulnya gebrakan kebijakan rasis maupun insiden rasialisme ternyata kan juga sudah berakar sejak era Bapak. Bagaimana Bapak menjelaskan kenapa bisa terjadi rasialisme ketika Bapak berkuasa nyaris mutlak sebelum Soeharto manggantikan bapak?

BK: Ya memang mengejutkan saya bahwa mahasiswa seperti Siswono Yudohusodo bisa ikut insiden 10 Mei 1963 bersama Muslimin Nasution yang lintas ormas, tapi mencerminkan ketidaksukaan sosial terhadap etnis Tionghoa. Saya terutama malu dan kecewa karena kolega anggota PPKI, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Drs Yap Tjwan Bing menjadi korban amuk rasis itu dan hijrah ke AS sampai akhir hayatnya. Bayangkan seorang pendiri Republik sampai kapok dan sakit hati digebuk insiden rasial. Karena itu saya langsung menindak tegas dan malah mengangkat Oei Tjoe Tat sebagai Menteri Negara diperbantukan Presiden, langsung menjadi tangan kanan saya dibidang politik pembinaan kesatuan bangsa.

10 Mei 1963 kecil skalanya dibanding Malari 1974 dan jelas mikro dibanding The Rape of Jakarta Mei 1998 yang berdimensi global. Para penggerak 10 Mei sendiri heran kenapa sudah 35 tahun berlalu, hawa kebencian 1963 masih dan justru lebih ganas berkobar pada Mei 1998. Dalam konteks itulah kita membahas pidato pribumi Anies 16 Oktober 2017 sangat berbau “Mahathir”isme.

CW: Jadi kita beri judul Pri-Bumi-Putera vs Bugis untuk kolom ini ya Pak?

BK: Ya, supaya ASEAN selamat dari etnosentrisme gaya pribumi, bumiputera memicu kemarahan orang Bugis dan seterusnya dan sebaliknya.

Saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun cucu ketiga kamu usia 3 tahun, pada 23 Oktober ini. Generasi millenial & generasi Z (pasca millenial) anak bangsa Indonesia yang lahir pasca Reformasi dan menyaksikan gejolak Pilgub serta pidato Pribumi pasti akan mengalami kejutan sosial psikologis. Mengapa masalah etnis , ras, sara , agama ini berlarut larut berkepanjangan diwariskan seolah berkelanjutan permanen?

Jika elite Indonesia masih tetap berpola Mahathirisme, bumiputeraisme, pribumisme, padahal dalam praktek semua elite itu sekedar ingin mengkudeta jabatan Presiden RI dan atau Perdana Menteri Malaysia, dan mengabaikan syarat meritokrasi maka yang akan terjadi bukan target seminar muluk di Malaysia. Slogan Mahathir adalah Sayangi Malaysia Hapuskan Kleptokrat. Untuk itu dia pidato seenaknya yang menyinggung suku Bugis dan segera direspon dengan ancaman demo masyarakat Bugis di Jakarta dan Makassar memprotes pidato sembarangan Mahathir tentang suku Bugis.

Hanya ada satu kata buat elite di ASEAN kalau ASEAN mau survive dan tidak jadi Balkan, lenyap jadi Yugoslavia atau Uni Soviet, STOP piato SARA dengan dalih apapun juga! Taruhannya adalah nasib nation-state ASEAN ini, masing-masing maupun ASEAN bila diadu domba dan diprovokasi untuk pecah belah gaya Mahathir.

Biarlah generasi millenial, Z dan selanjutnya, segala suku Melayu, Tionghoa, India, dan yang masih getol merasa pribumi atau bumiputera, bertobatlah dan ber-rekonsiliasi secara tuntas, jangan terus bawa bawa etnosentrisme berujung “perang saudara” dan dapat berdampak lenyapnya eksistensi nation state modern ASEAN. Kita doakan generasi cucu kamu semua yang lahir sekitar fenomea A Hok dari semua etnis akan jadi warga ASEAN yang modern, meritokratis, multikultur, multirasial.

Judul dialog kita Pri-Bumi-Putra vs Bugis, mengingatkan kita semua bahwa istilah etnis yang diverpolitisir akan menjadi hatred ideology yang bisa melenyapkan suatu bangsa dari muka bumi. Waspadalah dan bertobatlah para elite dalam memverpolitisir suatu istilah untuk syahwat politik kekuasaan.

CW: Terima kasih Pak atas pencerahan di bulan Oktober ini Semoga ASEAN dipimpin RI survive jadi kekuatan ke3 dunia setelah AS dan RRT dan bukan malah buyar seperti Uni Soviet atau Yugoslavia.

Drs. Christianto Wibisono, Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

PointStar gelar acara “Iftar Insights: Understand Retail Business Continuity & Operational Challenges during Ramadan”.

Jumat, 29 Maret 2024 - 00:47 WIB

PointStar Dukung Pemerintah Capai Target Pertumbuhan Lewat Transformasi Digital

PointStar berkomitmen untuk menyediakan solusi teknologi yang inovatif dan terdepan untuk membantu perusahaan ritel menghadapi tantangan perekonomian global dan lokal.

Kolaborasi Bank DKI dan PT Jalin Pembayaran Nusantara, Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

Kamis, 28 Maret 2024 - 22:44 WIB

Kolaborasi Bank DKI dan PT Jalin Pembayaran Nusantara, Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

Jakarta – Bank DKI kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam layanan digital.

Bank DKI Raih Penghargaan Indonesia Best 50 CEO 2024

Kamis, 28 Maret 2024 - 22:27 WIB

Bank DKI Raih Penghargaan Indonesia Best 50 CEO 2024

Jakarta – Bank DKI kembali meraih apresiasi dari lembaga independen, kali ini dari media The Iconomics sebagai Indonesia Best 50 CEO pada Kategori Bank Daerah, yang diserahkan langsung pada…

Studi Klinis SANOIN dan P&G Health atasi anemia.

Kamis, 28 Maret 2024 - 22:06 WIB

SANOIN dan P&G Health Lakukan Studi Klinis Atasi Anemia

Beberapa temuan dari studi klinis SANOIN terbaru yang didukung P&G Health dan dilakukan oleh para pakar kesehatan terkemuka, menunjukkan efikasi dari suplementasi zat besi dengan Sangobion

Direktur Enterprise & Business Service Telkom Indonesia FM Venusiana R. bersama Kepala LKPP Hendar Prihadi

Kamis, 28 Maret 2024 - 21:48 WIB

Sistem E-Katalog Versi 6.0 LKPP Resmi Meluncur, Lebih Responsif, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) luncurkan Katalog Elektronik Versi 6 pada Kamis (28/3) di Jakarta. Inovasi terbaru yang dibangun untuk meningkatkan performa sistem…