Pencitraan Keberlanjutan Dalam Spektrum Hospitaliti dan Pelancongan

Oleh : Bintang Handayani | Rabu, 04 Oktober 2017 - 17:25 WIB

Bintang Handayani, Ph.D, Dosen dan Peneliti Senior di President University, Cikarang
Bintang Handayani, Ph.D, Dosen dan Peneliti Senior di President University, Cikarang

INDUSTRY.co.id - Pekan lalu saya berkesempatan untuk menghadiri selebrasi nasional atas Hari Pariwisata Nasional di Tunku Abdul Rahman Hall, Malaysia Tourism Centre (MaTIC), Kuala Lumpur.

Dalam tematik tahun ini yang senadi dengan UNWTO International Year 2017, mengusung “Travel, Enjoy, Respect”, dengan sub-tema Sustainable Tourism-“A tool for Development”, diskusi panel menjadi menarik sebabkan bukan hanya memunculkan betapa komitmen para stakeholders dari industri Pelancongan Malaysia namun juga karena pernyataan dari tagline “Travel, Enjoy, Respect” dimaknai dengan interpretasi dari pentingnya penempatan isu Keberlanjutan (sustainability).

Isu Keberlanjutan dan tagline “Travel, Enjoy, Respect” bukanlah hal baru bagi masyarakat dunia, walaupun masyarakat planet bumi boleh dikatakan sedikit terlambat dalam meng-ekspos isu tersebut. Lebih baik terlambat daripada tidak, bukan?

Soalan yang ingin saya garisbawahi dari diskursus Keberlanjutan dan tagline “Travel, Enjoy, Respect” sebenarnya dapat diibaratkan sebagai koin mata uang, yaitu satu kesatuan yang dapat dimaksimalkan.

Sementara diskursus Keberlanjutan menggaungkan aspek ramah lingkungan, tagline “Travel, Enjoy, Respect” juga pada dasarnya mendorang (dan mengajak) para stakeholders dari ekosistem Pelancongan dan Hospitaliti untuk lebih bertanggung jawab dalam mengkonsumsi pengalaman berbasis perjalanan melancong, khususnya para pelancong.

 

Tagline “Travel, Enjoy, Respect” juga menyiratkan ajakan halus untuk melakukan perjalanan melancong dengan menikmati attraksi wisata dan destinasi wisata dengan tetap menghormati aspek pluralitas, warna-warni dari attraksi wisata dan destinasi wisata dengan menanamkan filosofi yang dalam ranah keilmuan Hospitaliti dan Pelancongan dibahas sebagai diskursus untuk “travel slowly and locally”. 

Dengan pijakan “travel slowly and locally” maka tagline “Travel, Enjoy, Respect” bukan hanya akan kukuh dalam benak para stakeholders dari ekosistem Pelancongan dan Hospitaliti, namun juga akan menyematkan diskursus Keberlanjutan menjadi senadi dengan tagline dan filosofi dasar ranah keilmuan Hospitaliti dan Pelancongan.

Keberlanjutan merupakan gerakan yang bukan hanya berpijak pada aspek keluhuran untuk menyimpan dan/atau mengamankan secara optimal, bijaksana, dan adil sumber daya alam untuk kebaikan masa depan peradaban, dan kontenkstualisasi Bumi sebagai planet yang paling ramah pada hakiki kehidupan umat Manusia dan ekosistemnya.

Keberlanjutan bukan saja ekslusif dibincangkan didalam ranah ilmu Hospitaliti dan Pelancongan namun juga ke-khas-an atas magnegtis isu-isu relevan telah membentuk wacana tersebut menjadi bagian dari setiap spektrum ilmu sosial dan ilmu non-sosial. Akibatnya wacana Keberlanjutan menyatu linear lembut hati dengan konsepsi Pencitraan nan Agung.

Ulang-kaji kali ini saya teringin memaparkan bagaimana Keberlanjutan relevan bukan hanya sebagai bagian dari Agungnya Pencitraan secara umum, namun yang terpenting adalah bagaimana keberlanjutan ini dapat menjadi atribut potensial untuk spektrum ekosistem Hospitaliti dan Pelancongan.

Sedikit untuk menyegarkan ekosistem Hospitaliti dan Pelancongan yang terbentuk saat ini tidak lepas dari keandalan dari pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu, wacana Keberlanjutan dalam konteks ekosistem Hospitaliti dan Pelancongan (sepatutnya) bukan hanya teratribusi pada pencantuman Keberlanjutan didalam sub-sistem permintaan (demand) namun yang paling utama adalah penyediaan sistemik pada aspek penawaran (supply).

Keberlanjutan didalam penyediaan sistemik pada aspek penawaran dalam hal ini menyangkut setidaknya beberapa aspek penting yaitu (1) wacana atas pentingnya menyiapkan generasi professional yang dapat menjalankan tata kelola projek-projek Keberlanjutan; (2) urgensi untuk memasukkan wacana Keberlanjutan pada (bukan hanya) spektrum teori namun juga penekanan untuk memasukkan wacana Keberlanjutan secara kontekstual pada spektrum kurikulum praktis.

Untuk itu, lulusan-lulusan dari Sekolah Hospitaliti dan Pelancongan sepatutnya diajarkan konseptualisasi Keberlanjutan secara holistik, konstektual, dan revelan.

Hal lainnya yang patut untuk diulang-kaji adalah isu tentang Keberlanjutan apa yang telah diajarkan? Keberlanjutan apa yang (sedang dan/atau) akan diajarkan? Dan memastikan apa & bagaimana pandangan orang-orang yang terlibat didalam elemen-elemen ekosistem tersebut tentang Keberlanjutan baik itu sebagai wacana ataupun Keberlanjutan sebagai bagian intergral dari ekosistem Sekolah Hospitaliti dan Pelancongan.

Baiklah, mari melakukan perjalanan, menikmati kegiatan melancong, dan menghormati (baca: menjaga) aspek pluralitas, warna-warni dari attraksi wisata dan destinasi wisata.

Bintang Handayani, Ph.D adalah Dosen dan Peneliti Senior, Indonesia. Kajian penelitiannya berkisar pada Pencitraan Pariwisata Suram, Penggunaan Teknologi Cerdas pada situs kematian, Citra Merek Pelancongan dan Personifikasi Bangsa, serta studi Media & Komunikasi.  

 

 

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi produksi keramik

Rabu, 24 April 2024 - 18:30 WIB

Dukung Proyek IKN, Industri Keramik Siap Investasi di Kaltim

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) optimis pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan melanjutkan proyek Ibu Kota Negara (IKN)…

Proses bongkar muat sekam padi di storage area sekam padi di Pabrik Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Rabu, 24 April 2024 - 18:13 WIB

Keren! Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

Jakarta– Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan munculnya komitmen global untuk mewujudkan net zero emission pada 2060.

Industri keramik

Rabu, 24 April 2024 - 18:00 WIB

Asaki Desak Pemerintah Segera Terapkan Antidumping Keramik China, Besaran Tarif Capai 150%

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mendesak KADI untuk bekerja serius dan segera menerapkan kebijakan Antidumping untuk produk keramik impor asal Tiongkok yang secara tren tahunan…

Platform Teknologi Laboratorium di Indonesia Digelar untuk Ketujuh Kalinya

Rabu, 24 April 2024 - 17:56 WIB

Program Keberlanjutan dan Kecerdasan Buatan Menjadi Topik Hangat pada Pameran Lab Indonesia 2024

Jakarta– Lab Indonesia 2024 kembali mempertemukan elit industri laboratorium ilmiah dan analisis pada tanggal 24 – 26 April 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).

Pembukaan kantor baru Thermo Fisher Scientific

Rabu, 24 April 2024 - 17:50 WIB

Ekspansi di Asia Pasifik, Thermo Fisher Scientific Buka Kantor di Jakarta dan Jalin Kemitraan Baru

Perusahaan menandatangani dua Nota Kesepahaman (MoU) dengan National Battery Research Institute dan Mandaya Hospital Group sebagai bagian dari ekspansi strategisnya di Indonesia