Bergerak di Depan Kurva

Oleh : Jony Oktavian Haryanto | Kamis, 22 Juni 2017 - 14:48 WIB

Jony Oktavian Haryanto
Jony Oktavian Haryanto

INDUSTRY.co.id - Di negerinya sana, Amerika Serikat (AS), UPS dan FedEx tengah ketar-ketir dengan manuver toko buku online, Amazon. Mengapa? Ini karena Amazon melakukan dua hal. Pertama, Amazon merealisasikan gagasannya untuk mengirimkan pesanan dengan menggunakan drone. Rencana ini sebetulnya sudah digagas Amazon sejak tahun 2013, namun izinnya baru dikeluarkan Federal Aviation Administration (FAA) sekitar pertengahan 2015.

Ada beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi Amazon. Misalnya, Octocopter—nama drone milik Amazon—hanya boleh terbang di bawah ketinggian 120 meter dan harus tampak mata. Drone tersebut juga harus dioperasikan oleh operator yang telah mengantongi sertifikasi pilot.

Saat ini drone baru bisa mengangkut barang pesanan untuk jarak dengan lama penerbangan sekitar 30 menit. Berat barangnya pun masih terbatas, yakni 2,3 kilogram. Tapi, patut dicatat bahwa sekitar 86% dari total barang yang ada dalam katalog Amazon beratnya ya sekitar itu.

Kedua, Amazon juga sudah melayani pembelian dan pengiriman barang pada hari Minggu atau yang dikenal dengan sebutan Sunday Delivery. Untuk layanan ini Amazon bekerja sama dengan Postal Service, semacam Kantor Pos-nya AS. Mengapa bukan dengan UPS atau FedEx? Sebab keduanya libur di hari Minggu.

Belum jelas dampak Sunday Delivery terhadap penjualan Amazon. Namun, ada gelagat sejumlah pemesan senang karena tetap bisa memesan buku pada Sabtu-Minggu. Gelagat semacam inilah yang membuat cemas UPS dan FedEx. 

 

Game Changer

Kalau bicara Amazon, mungkin juga Google, Facebook, Instagram atau perusahaan teknologi lainnya, yang terlintas di benak kita adalah perusahaan-perusahaan yang inovatif. Kesan itu benar adanya. Bahkan mungkin lebih dari itu, mereka adalah game changer atau perusahaan-perusahaan yang mengubah aturan main dan wajah industrinya.

Amazon merevolusi industri penerbitan buku. Dan, mungkin sebentar lagi juga akan mengubah wajah media pasca pembelian The Washington Post oleh Jeff Bezos, pendiri Amazon. The Washington Post adalah salah satu koran paling bergengsi di AS.

Google telah mengubah cara-cara kita dalam mencari data dan informasi. Facebook, sebagai salah satu platform media sosial terbesar dengan lebih dari 1,5 miliar pengguna, telah mengubah cara-cara kita dalam berinteraksi dengan sesama—terlebih setelah perusahaan milik Mark Zuckerberg tersebut mengakuisisi WhatApps.

Siapa sangka Instagram juga mengubah wajah industri image. Dulu kalau mencari image kita akan mengklik Gettyimage. Kini, tidak lagi. Pasokan foto terbesar justru ada di Instagram.

Di Tanah Air, hadirnya Low Cost Carrier (LCC) telah mengubah aturan main dan wajah industri transportasi. Bukan hanya transportasi udara, tetapi juga transportasi darat dan laut. Hadirnya LCC kini membuat setiap orang bisa bepergian dengan pesawat—sesuatu yang dulu terdengar sangat mewah dan tak terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.  

Dua kata tersebut, inovatif dan game changer, kini cukup sering diucapkan oleh jajaran eksekutif dan pemilik perusahaan. Keduanya, menurut saya, adalah kata kunci kalau kita ingin membuat perusahaan selalu berada “di depan kurva”.

Istilah di depan kurva yang saya maksud adalah selalu berada di depan para pesaing. Bukan hanya selangkah atau dua langkah, tetapi lebih dari itu. Jadi ketika para pesaing sedang berpikir keras menyiasati sengitnya persaingan pada hari ini, kita sudah menyusun strategi untuk memenangkan persaingan di masa depan.

Kita sudah menyiapkan serangkaian inovasi yang akan mengubah wajah industri, dan membuat persaingan—meminjam istilah dari W. Chan Kim dan Renée Mauborgne dalam bukunya Blue Ocean Strategy—menjadi tidak relevan lagi.

Mencintai Perubahan

Untuk berada di depan kurva, kita bisa belajar dari banyak korporasi, seperti Amazon, Google, Facebook, Microsoft, Apple, Airbus atau yang lainnya. Baiklah saya pilih Airbus, sebab strategi yang mereka terapkan ternyata relatif simpel. Mungkin kita bisa ATM-kan, yakni Amati, Tiru dan Modifikasi.

Bicara soal inovasi, ini sejatinya tanggung jawab setiap orang di dalam perusahaan. Namun, Airbus menempatkan departemen Strategy & Marketing sebagai ujung tombaknya.

Bagian Marketing bertugas memahami apa maunya konsumen. “Apakah produk kami sudah sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata Dr. Kiran Rao, Executive Vice President Strategy & Marketing Airbus, sebagaimana saya kutip dari www.airbus.com. Mereka mendengar suara dari para pemasok, vendor dan pelanggan.

Sementara, bagian Strategy bertugas mengantisipasi evolusi (mungkin juga revolusi) dari perubahan kebutuhan tersebut dan terus mengusulkan produk/jasa yang sesuai dengan perubahan lingkungan bisnis di masa depan. Produk/jasa tersebut mesti klop dengan bisnis Airbus. Ini dari sisi struktural.

Berikutnya adalah membangun kultur inovasi. Di antaranya dengan menyiapkan platform bagi sesama karyawan untuk saling bertukar pikiran, berbagi pendapat, dan memberi ruang agar berani menguji coba ide-ide barunya.

Pada akhirnya inovasi adalah sebuah perubahan. Sahabat saya, pakar biomarketing Prof Luiz Moutinho, menyebut esensi dari perubahan, yakni menghadirkan masa depan ke masa kini. Dalam konteks itu, penting bagi kita untuk membangun kultur organisasi yang cinta perubahan. Dengan adanya kultur semacam ini, inovasi akan mengalir deras, dan membuat organisasi Anda akan menjadi game changer, alias penentu masa depan.

Penulis adalah Jony Oktavian Haryanto , Rektor President University.

Komentar Berita

Industri Hari Ini

Ilustrasi aset kripto

Selasa, 19 Maret 2024 - 16:06 WIB

Bitcoin Koreksi Setelah Cetak ATH, Ini Strategi yang Perlu Dipertimbangkan

Minggu lalu  menjadi perjalanan rollercoaster bagi investor Aset Kripto, karena Bitcoin (BTC) mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar $73,000 pada Kamis (14/3/2024), namun aksi profit-taking membawa…

Prof. Budi Soesilo Supanji

Selasa, 19 Maret 2024 - 15:48 WIB

President University Perkenalkan Budaya Indonesia di East-West Center AS

Ketua Yayasan President University Prof Budi Susilo Supanji akan bertolak ke Amerika Serikat (AS) dalam rangka menghadiri undangan East-West Center yang dibangun oleh Presiden John F Kennedy…

Penandatangan perjanjian kerjasama PT Easterntex dengan PLN

Selasa, 19 Maret 2024 - 15:46 WIB

Dukung Upaya Penggunaan Energi Bersih, PT Easterntex Beralih Menggunakan Listrik Dari PLN

PT Easterntex telah beralih dari penggunaan listrik yang berasal dari pembangkit milik pribadi menjadi menggunakan listrik yang disuplai oleh PT PLN (Persero) dengan kapasitas sebesar 15 Megawatt…

PT Pamapersada Nusantara Jalin Kerjasama Dengan PT Pelita Air Service

Selasa, 19 Maret 2024 - 15:37 WIB

Fasilitasi Perjalanan Dinas Karyawan, PT Pamapersada Nusantara Jalin Kerjasama Dengan PT Pelita Air Service

PT Pamapersada Nusantara dan Pelita Air Service melaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama terkait sarana transportasi pesawat untuk karyawan PAMA Group dalam melaksanakan perjalanan…

IFG Life

Selasa, 19 Maret 2024 - 15:22 WIB

Sabet Penghargaan Asuransi, IFG Life Tegaskan Komitmen Pulihkan Kepercayaan Publik

Dalam menjalankan bisnisnya, IFG Life menjunjung tinggi tata kelola yang baik dan manajemen risiko yang kuat dan penuh kehati-hatian. Perusahaan juga mengoptimalkan pemanfaatan teknologi untuk…